SIPORA-Bunga, remaja 18 tahun dari Mentawai dan masih bersekolah di SLTA saat ini tengah berjuang melawan rasa trauma akibat kekerasan seksual dan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang dialaminya tahun lalu. Dia yang masih muda diperkosa dan disekap seorang pria yang menculiknya selama lima hari.
Tidak mudah bagi Bunga menceritakan kejadian buruk yang dialaminya kepada Mentawaikita.com. Terutama saat menceritakan saat kena perundungan dari teman-temannya yang mengetahui kejadian yang dialaminya. Bunga juga mengaku sedih saat melihat bapaknya menangis ketika mengetahui kejadian itu.
Dia menuturkan, awal kejadian mengenal seorang pria berinisial Aditya melalui Facebook pada Oktober 2023. Mereka berkomunikasi cukup intens dan kemudian saling berganti nomor ponsel. “Namun sempat beberapa kali video call, namun Aditya ini selalu menolak dengan alasan dilarang oleh mamanya,” kata Bunga kepada Mentawaikita.com, pertengahan Juni lalu.
Saat libur sekolah, Bunga tiba-tiba mendapat pesan singkat di ponselnya namun tidak mengenal nomornya. Pesan dari orang tidak dikenal itu mengajaknya pergi. Namun Bunga yang ketika itu tengah bermain di Poskedes mengabaikannya lantaran tak kenal meski nomor tersebut beberapa kali menghubunginya. Setelah tiga jam di Poskedes mengakses internet, Bunga memutuskan pulang.
Di perjalanan dia bertemu seorang laki-laki paruh baya dengan motor yang tidak dikenal. Orang tersebut menyapanya hendak meminta tolong, lalu menepuk pundak Bunga dan mengajaknya pergi. Entah kenapa Bunga yang saat itu mengaku masih sadar menerima ajakan laki-laki itu. “Sebentar saya pulang ke rumah ambil baju,” katanya.
Dia pun pulang ke rumah mengambil baju. Di rumah Bunga hanya mengambil satu stel pakaian dan charger ponsel. Saat itu dia bertemu ibunya dan sempat ditanya hendak kemana dan Bunga mengaku menjawab hendak ke rumah teman. Setelah itu Bunga pergi menemui pria yang belakangan diketahui bernama Rasmin. Saat itu pengakuan Bunga, dia merasa dihipnotis.
Bunga bersama Rasmin naik kapal ke Padang. Di perjalanan, dia mengaku perlahan tersadar. “Ada keinginan untuk memberontak dan teriak agar pelaku bisa diringkus, dan bisa selamat kembali ke desa, kembali sama orang tua apa daya untuk melakukannya pun tidak mampu seolah seluruh tubuhku telah dikendalikan oleh pelaku,” ujarnya.
Sesampainya di Padang, Bunga dan Rasmin naik mobil sewaan dan melakukan perjalanan jauh selama dua hari. Dia tidak tahu dibawa kemana hingga akhirnya sadar dibawa ke Sumatera Utara. Dia disekap di dalam sebuah rumah dan sempat mendengar tetangga pelaku itu bilang. “Ini korban mana lagi Rasmin,” kata suara itu. Bunga mendengar Rasmin menjawab. “Perempuan itu dari Mentawai,” katanya sambil tertawa.
Selama lima hari Bunga disekap di rumah Rasmin yang berada di tengah perkebunan sawit, ukuran rumah tersebut tidak begitu besar. Dia diancam agar tidak melawan dan menuruti perintah, termasuk ponselnya disita. Mereka hanya berdua di rumah itu dan selama disekap, Bunga mendapat kekerasan seksual berupa tindak perkosaan. Dia ketakutan melawan karena melihat Rasmin selalu membawa pisau. Dia hanya bisa menangis apalagi saat rasmin menyebut akan membawa temannya yang lain dan menjual mereka ke luar negeri.
Sementara itu setelah tiga hari menghilang, keluarga Bunga bersama pemerintah desa melaporkan kasus tersebut ke Polsek setempat dan atas arahan anggota Reskrim Polsek setempat kasus tersebut segera masuk ke ranah Polres Kepulauan Mentawai.
Menurut R, kepala dusun setempat, setelah dilaporkan pada kepolisian, Bunga masuk dalam informasi pencarian orang hilang. “Lima hari setelah kami laporan, polisi memberitahukan korban berada di wilayah Sibolga, Sumatera Utara,” kata R.