PADANG-Komunitas seni Silibet Mentawai menampilkan atraksi budaya Mentawai, dalam acara Festival Multi Etnis yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Sumatra Barat, di Museum Adityawarman Sumatra Barat, Sabtu (22/6/2024).
Tim Produksi Seni Silibet Mentawai, Srikandi Putri mengatakan, atraksi seni budaya ini, mereka menampilkan perjalanan sikerei yang baru atau simatak. Untuk menjadi sikerei sibau mereka belajar muturuk, bernyanyi kemudian menato tubuh, tapi itu bukan tato baru tapi menambah tato. “Itu adalah permintaan dari Dinas Pariwisata Sumatra Barat untuk menampilkan itu, bukan hanya muturuk saja,” kata Cici panggilan akrab Srikandi Putri.
Untuk persiapan ini kata Cici, telah melakukan selama tiga minggu, latihan dilakukan di sekretariat Forum Mahasiswa Sumatera Barat (Formma Sumbar). “Komonitas ini terdiri dari mahasiswa dan pekerja asal Mentawai yang berdomisili di Kota Padang,” katanya.
Atraksi budaya Mentawai (Foto: Rus Akbar/Mentawaikita.com)
Selain dari Mentawai, atraksi budaya juga dari komunitas Minangkabau, Sunda, Nias, Batak, Tionghoa, Batak Mandailing serta etnis lainnya yang ada di Kota Padang.
Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, Luhur Budiana menjelaskan festival multi etnis ini dilakukan untuk menghapus Sumatra Barat dicap daerah intoleran, stigma tersebut tidak benar. Acara ini juga diselenggarakan dari dana Pokir anggota DPRD Sumatera Barat Fraksi Gerindra. “Itu adalah survei yang salah yang dibikin oleh sebuah NGO apa yang terjadi di Sumatera Barat, buktinya kita aman-aman saja sampai sekarang, selalu berdamai,” katanya.
Selain itu kata Luhur, sejak bencana alam banjir lahar Gunung Marapi, banyak korban jiwa, berdampak pada penurunan kunjungan pariwisata. “Di data kami itu wisatawan ke Sumatera Barat sampai bulan Mei itu sudah mencapai 5,8 juta pergerakan wisatawan, dari target kita 13 juta artinya 43 persen itu sudah kita capai itu untuk nusantara, sementara untuk mancanegara terjadi kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan tahun lalu, tahun ini sebesar 76 persen yaitu di angka 23.590 orang ini sudah cukup untuk pergerakan mencapai target kita di tahun ini,” terangnya.
Sebenarnya tren ini akan ditingkatkan, dari tahun ke tahun, tapi akibat bencana kemarin terjadi penurunan kunjungan wisatawan ke Sumatera Barat terutama dari wisatawan nusantara, angka terkontraksi sebesar 20,24 persen akibat bencana ini. “Untuk pariwisata nusantara ini, umumnya dari Riau, sekarang kita buat jalur alternatif. “Riau itu kita arahkan masuk dari Kabupaten Limapuluh Kota, ke arah Solok dan ke Pesisir Selatan di mande dan sekitarnya, lalu ke Bukittinggi dan Agam,” ujarnya.
Ketua Fraksi Gerindra DPRD Sumatera Barat Hidayat didampingi Kadis Pariwisata Sumbar Luhur Budiana menyerahkan piagam ke peserta Festival Multi Etnis. (Foto: Rus Akbar/Mentawaikita.com)
Kalau dari Bandara Internasional Minangkabau diarahkan lewat ke Padang Pariaman terus ke Agam, Bukittinggi dan lain-lain serta ke Pesisir Selatan. “Kita dibantu Kominfo untuk membuka ruang-ruang media untuk ke depan itu diisi dengan aura positif, kita harus bicara kembali bicara pariwisata kita harus bicara lagi kesiapan kita menjual paket-paket wisata kita tidak lagi bicara bencana, tapi kita bicara recovery terhadap bencana ini, sehingga kembali bertambah,” katanya.
Kemudian travel agent harus berpedoman kepada BMKG untuk mengetahui cuaca, serta bersertifikat, dengan banyaknya kunjungan ke Sumatera Barat ini, hotel-hotel kembali hidup, sehingga sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) kembali meningkatkan.
Ketua Fraksi Gerindra DPRD Sumatera Barat, Hidayat, mengatakan, jika ada yang mengatakan Sumatera Barat mencap daerah intoleran, itu tidak benar. “Jadi tidak benar daerah Sumatera Barat ini daerah intoleransi, itu sangat salah besar, justru sangat toleran, terhadap keberagaman, terhadap keyakinan, ini perlu kita sampaikan pesan melalui festival multi etnis ini bukti bahwasanya kita bisa menerima, dan diterima beragam etnis yang berada di Sumatera Barat dengan keyakinan berbeda,” katanya.