Mempertahankan Tradisi Pakandei di Tengah Mahalnya Biaya Penyelenggaraan

Mempertahankan Tradisi Pakandei di Tengah Mahalnya Biaya Penyelenggaraan Babi yang dibawa untuk upacara pakandei di Desa Malancan pada 2018 lalu. (Foto: Rinus/Mentawaikita.com)

SIKABALUAN-Masyarakat Sirilanggai yang terdiri dari Dusun Ukra, Sirilanggai dan Sibeuotcun di Desa Malancan Kecamatan Siberut Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam dua bulan terakhir beruntun melaksanakan acara pakandei. Hal ini dilakukan karena babi warga yang dipelihara di ladang terserang penyakit.

"Babi mulai terserang penyakit. Dari pada rugi karena habis mati lebih baik yang masih sehat itu dimanfaatkan untuk acara adat," kata Ligi Loer, salah seorang warga Sirilanggai pada Mentawaikita.com, Minggu (25/10/2020).

Dikatakan Ligi, biasanya acara pakandei ini sangat sulit dilakukan karena membutuhkan biaya yang banyak. Salah satunya ketersediaan babi ukuran berat 30-100 kg yang berjumlah 30 hingga 40 ekor babi.

Untuk melaksanakan sebuah acara pakandei, pihak keluarga pakandei khususnya pihak perempuan harus lebih siap. Untuk persiapan ini jarang sekali setelah pemberkatan pernikahan secara agama langsung diselingi dengan acara pakandei.

"Bahkan ada yang sudah punya keturunan yang besar tapi belum dikandeikan. Ini karena biaya dan proses yang panjang. Namun ini harus wajib bagi sebuah keluarga baru," katanya.

Barnabas Saerejen,warga Sirilanggai yang juga mantan kepala desa mengatakan bila keluarga baru belum menggelar acara pakandei yang dilakukan pihak orangtuanya baik pihak perempuan maupun laki-laki, pengantin laki-laki belum bisa bergaul atau bergerak bebas di dalam keluarga terutama pada mertua.

"Menantu laki-laki pada mertuanya tidak bisa makan bersama dalam satu keluarga, tidak bisa meminta sesuatu kepada mertua. Tapi kalau sudah dikandeikan maka dia bebas dan tidak ada batasan dengan mertua," katanya.

Pakandei adalah upacara adat yang berkaitan dengan perkawinan di Sirilanggai Desa Malancan Kecamatan Siberut Utara. Pakandei berasal dari kata dasar kandei yang berarti besan. Kandei atau besan adalah panggilan atau sebutan orangtua kepada orangtua dari menantu. Dalam perkawinan, orangtua (ayah dan ibu) seorang mempelai laki-laki akan menyebut dan memanggil orangtua mempelai perempuan dengan sebutan kandei. Demikian sebaliknya.

Upacara kandei dapat diartikan sebagai penyambutan pihak uma/keluarga perempuan terhadap uma/keluarga laki-laki yang telah menjadi anggota baru dalam keluarga mereka karena sebuah perkawinan.

Pakandei di Sirilanggai ini ada tiga macam, diantaranya pakandei rubei, pakandei babui dan pakandei panili. Namun saat sekarang ini pakandei yang dilaksanakan hanya pakandei rubei. Sementara dua lainnya tidak lagi dilaksanakan karena terasa berat.

"Biayanya sangat mahal dan syaratnya juga berat. Selain mempersiapkan ayam, babi dan keperluan pangan, pada pakandei panili ini sampai pada meminta mane (tanah yang menjadi titipan)," kata Ligi.

Acara pakandei dilaksanakan setelah upacara pangurei (perkawinan) yang waktunya disesuaikan dengan kesiapan pihak keluarga perempuan karena untuk melaksanakan upacara ini dibutuhkan persiapan yang matang untuk menyediakan semua keperluan upacara. Seperti bahan makanan, babi, ayam dan keperluan lainnya.

"Bahan yang paling berat itu adalah menyediakan babi untuk keperluan pakandei," katanya.

Pada setiap tahapan, babi menjadi syarat utama. Misalnya pada tahapan paruruk (musyawarah) dibutuhkan 1 ekor babi berat 20-50 kg. Lalu untuk acara poselat juga dibutuhkan 1 ekor babi seberat 20-50 kg, demikian pula pada acara panggalak dibutuhkan satu ekor babi ukuran 30-50 kg.

Selain itu dibutuhkan juga 5 ekor babi ukuran masing-masing 40-50 kg untuk acara laik-laik dan 2 ekor babi dengan berat masing-masing 30-50 kg untuk acara bonggalen. Lalu dua ekor babi masing-masing 50-100 kg untuk timboken, satu ekor babi berat 50 kg untuk panimbok. Lalu lima ekor babi ukuran mulai dari 50-100 kg untuk enung akenen dan satu ekor babi untuk panggalak timboken dengan berat 30-50 kg. Selain babi, pihak perempuan juga harus menyiapkan ayam untuk pakandei, yaitu 2 roigen (long) ayam, 2 pasang ayam jantan atau betina untuk acara kakabei.

Sementara pihak laki-laki yang dalam upacara ini menjadi penerima kandei juga harus mempersiapkan beberapa keperluan. Misalnya kalau yang dilaksanakan pakandei rubei akan disiapkan lima roigen ayam yang diberikan sebagai bagian dari alak toga. Jika pakandei babui maka disiapkan tujuh roigen ayam. Sedangkan pakandei panili biasanya yang diberikan adalah mone atau sebidang tanah yang di dalamnya ada tanaman durian, kelapa dan tanaman tua lainnya.

Pihak keluarga laki-laki juga harus mempersiapkan 2 ekor babi kisaran masing-masing 50 kg untuk bolaik gettek yaitu makanan dari keladi yang khusus diberikan untuk pelaksanaan upacara yang disebut sipakandei. Akan diberikan juga satu batang kelapa sebagai suat tottot (air susu ibu) dan tolat sainak (tulang babi). Suat tottot ini sebagai penghargaan untuk ibu dari mempelai perempuan karena telah melahirkan dan membesarkan anaknya. Sedangkan tolat sainak adalah istilah dari beberapa barang-barang keperluan rumah tangga.

BACA JUGA