Jabatan kepala puskesmas bukanlah jabatan baru bagi Marinus, pria kelahiran Padangpariaman, 12 November 1964 itu.
Pada awal berkarir di dunia kesehatan, Marinus bekerja di Rumah Sakit Yos Sudarso pada dari 1984 hingga 1989. Kemudian pada 1992 ia lulus pada penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kabupaten Kepulauan Mentawai dan ditempatkan di Puskesmas Muara Siberut, Kecamatan Siberut Selatan.
Selama tujuh tahun bekerja di Puskesmas Muara Siberut ia kemudian ditarik ke Dinas Kesehatan di Tuapeijat hingga 2002. Pada tahun yang sama ia melanjutkan kuliah mulai 2002 hingga 2006 yang dibiayai Pemda Mentawai.
Setelah tamat kuliah, tepatnya pada 22 Februari 2008, Marinus kembali ke Mentawai dan diangkat menjadi kepala Puskesmas Muara Sikabaluan. Selama tiga tahun bekerja di sana kemudian Juli 2010 sampai Agustus 2011 ia dipindahkan ke Kecamatan Sikakap sebagai kepala puskesmas di tempat itu.
Pada 2012 ia dipindahkan lagi menjadi kepala Puskesmas Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah hingga 27 Mei 2013. Pada bulan itu pindah tugas sebagai kepala Puskesmas Mapaddegat, Desa Tuapaijet, Kecamatan Sipora Utara hingga 30 Januari 2019.
Setelah bertugas sekitar enam tahun di Mapaddegat, ia kemudian diangkat menjadi kepala Puskesmas Muara Siberut saat ini.
Berikut petikan wawancara wartawan MentawaiKita.com, Hendrikus Samonganuot dengan Marinus di tempat kerjanya yang baru pada Selasa, 5 Maret.
Apa pekerjaan prioritas yang perlu Anda kerjakan di Puskesmas Muara Siberut?
Sebenarnya pembenahan prioritas banyak salah satunya gizi imunisasi penimbangan, ini masih kurang pemahaman dan kerja sama antar kader, kepala desa dan dusun masih kurang. Saya pernah bertanya pada salah satu desa yakni di Muara Siberut apa tugas kader sebenarnya mereka tidak tahu, dusun juga tidak tahu inilah nanti akan kita beri pemahaman dan apa tugas kader posyandu.
Seharusnya kader harus melapor ke desa dan Puskesmas, apa lagi honor yang diterima didanai dari dana desa. Namun selama ini laporan kader hanya sampai di puskesmas sementara desa tidak tahu apa yang dialami oleh masyarakat.
Tugas kader itu menimbang, mengecek ibu hamil, gizi Bawah Garis Merah(BGM), penimbangannya harus dilaporkan ke puskesmas yang bertanggung jawab dulu itu kader, dan ke desa juga harus melapor. Apa gebrakan desa ketika hasil yang didapat di lapangan soal kesehatan masyarakat. Jadi jangan terlalu cepat menyalahkan pihak puskesmas.
Apa yang lain?
Program prioritas lainnya pemerataan tenaga kesehatan, saat ini petugas banyak bertumpuk di induk kecamatan, padahal kerja mereka tidak sesuai apa yang sudah diberikan. Mau-maunya saja dengan alasan keluarga, sudah dipenuhi kewajiban alasan mereka tapi tidak bekerja dengan baik.
Menurut saya tenaga medis sudah cukup hanya petugasnya banyak bertumpuk di kecamatan nanti bisa dipenuhi semua desa.
Berapa jumlah pos kesehatan desa (poskesdes) dan puskesma pembantu (pustu) di wilayah kerja Anda?
Pustu ada 2 dan poskesdes ada 10.
Apa penyakit yang diderita oleh masyarakat?
Penyakit yang sering diderita masyarakat berupa saluran pernapasan atau Inspeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) itu menempati urutan pertama. Kemudian penyakit kulit dan rematik. Hal ini perlunya pembinaan di desa-desa untuk mencegah dengan cara menjaga kebersihan lingkungan.
Penyuluhan yang akan dilakukan oleh tenaga medis di desa atau dusun itu kan fungsinya untuk mereka, masyarakat di desa. Selain itu masyarakat perlu menjaga makanan yang dimakan.
Pada beberapa Pustu dan Poskesdes masih ada yang memiliki jaringan listrik, bagaimana cara petugas melakukan pengobatan pada malam hari?
Disetiap pustu yang tidak memiliki jaringan listrik akan difasilitasi mesin genset.
Bagaimana dengan pengawetan vaksin jika listrik dan alat pendingin tidak ada?
Kalau untuk vaksin tergantung kebutuhan, kalau ada yang butuh akan dipesan di Tuapeijat karena kalau di Siberut pengawetannya susah.
Pada beberapa daerah penggunaan vaksin Rubella atau vaksin MR ditolak karena mengandung enzim babi, bagaimana dengan di Muara Siberut?
Vaksin intans tidak masalah yang memahami fungsinya tidak apa-apa, hanya di Muara Siberut yang sedikit belum menerima.
Apakah semua penduduk telah menjadi anggota Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan?
Soal BPJS belum semua yang mendapat, tapi saya belum tahu berapa jumlahnya karena masih baru di puskesmas. Bagi masyarakat yang akan berobat dan harus dirujuk di Padang namun belum memiliki kartu BPJS ada alternatif lain dengan cara mengurus surat tidak mampu.
Apakah ada kasus kematian bayi dan ibu melahirkan di Puskesmas Muara Siberut?
Sampai saat ini saya menjabat kepala Puskesmas Muara Siberut belum ada ada kasus seperti itu, kematian bayi dan ibu melahirkan belum ada.
Bagaimana mengatasi penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD) yang belakangan ini menyerang warga Siberut Selatan?
Salah satu yang harus dilakukan itu kebersihan lingkungan, dan pastikan ketika hujan air diselokan mengalir dengan baik, karena dari sana nyamuk akan bertelur dan menyerang manusia.
Biasanya pada sore hari ketika duduk ia akan datang menyerang, kalau lingkungan bersih air mengalir tidak akan ada penyakit DBD.