PADANG-Suara meringis ketika Joshua Sikatsila menato punggung salah satu pengunjung di Festival Pusako yang diadakan di Fabriek Bloc, Kota Padang, Sumatra Barat dimulai dari 11-15 Oktober 2023.
Aksi tersebut merupakan salah satu atraksi dalam Gerakan Kalcer Festival Pusako yang menampilkan atraksi budaya pada hari ke-2 helatan yang merupakan rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional 2023 tersebut, Kamis 12 Oktober 2023.
Para penampil yang terdiri atas Lab Art Project, Sanggar Sipaumat Mentawai, serta Langkok Group berurutan memulai aksinya sejak pukul 20.00 hingga 22.00. Untuk sanggar Sipaumat menampilkan turuk uliat manyang dan gougouk yang ditampilkan Telepon, Keilak dan timnya, itu mendapat respon antusias dari para pengunjung.
Menurut kurator Atraksi Budaya Festival Pusako Rijal Tanmenan, rangkaian penampilan pada malam ke-2 helatan tersebut memuat 3 pesan. Pertama, bagaimana merawat pusako atau pusaka di tengah perkembangan zaman. Kedua, bagaimana suatu etnis hidup selaras dengan alam kehidupannya. Ketiga, bagaimana sastra menjadi suatu warisan yang memuat pesan-pesan yang relevan.
Pesan pertama direpresentasikan olen Lab Art Project yang menampilkan tarian kontemporer beriring musik talempong yang dipadukan nuansa musik elektronik. "Mereka adalah anak muda yang memberdayakan alat musik berbasis tradisi. Dalam penampilan Lab Art Project, kita melihat mereka paham dengan konsep pusaka," ujar penggagas Gudang Seni Menata tersebut.
Dalam hal ini pusako dilambangkan oleh instrumen musik talempong sebagai salah satu bagian tradisi musik Minang. "Sekarang mereka sikapi secara kekinian. Kita bisa dengar tadi alat musiknya disentuh dengan nuansa elektronik. Mungkin itu sikap anak muda sekarang, ada tren. Mengikuti pemutakhiran teknologi dan zaman,"katanya.
"Poinnya pada Lab Art, mereka paham apa makna merawat pusaka. Kita bisa baca dari ketukan-ketukan musiknya tadi yang ditampilkan secara konseptual," papar Rijal.
Sementara, pertunjukan berbasis etnis yang muncul dalam bentuk tarian "Turuk Laggai" yang dibawakan oleh Sanggar Sipaumat Mentawai. "Turuk Laggai itu menggambarkan gerakan elang menerkam ayam. Ini berbicara tentang kerja keras di hutan, menghadapi debur ombak. Jelas kaitannya dengan alam, bagaimana merawat bumi sekaligus merawat kebudayaan. Aspek budaya terdapat pada ritus yang dijalankan secara rutin tersebut," imbuhnya.
Sedangkan penampilan dendang Minang beriring musik saluang dan rebana dibawakan oleh Langkok Group dengan tajuk "Bagurau".
Menurut Rijal penampilan Langkok Group menunjukkan bagaimana mendendangkan pesan-pesan yang bermuatan nilai pengajaran kepada anak muda. "Saya pikir mereka sedang bergurau dengan cara mengimbau itu. Terdapat juga pituah-pituah orang tua sejak zaman dulu. Sastra lisan itu yang dijaga sekarang," jelas Rijal.
Lebih lanjut, ia berharap para pegiat seni yang bersinggungan dengan musik lokal mampu melestarikan warisan kesenian tersebut sembari mengembangkan. Di saat mengembangkannya.
"Nilai manfaatnya juga jangan lupa disisipkan. Pesan tentang kesejajaran, kesetaraan, keadilan sosial, ekonomi," pungkas Rijal.