PADANG-Masalah siswa SD Filial SDN 28 Sagulubbek yang berada di Dusun Tepuk, Desa Sagulubbek, Kecamatan Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai, belajar di lantai dengan alas karung dibenarkan oleh Plt Kepala SDN 28 Sagulubbek Basilius Sakeletuk.
“Saya menyampaikan benar adanya siswa kita duduk di lantai beralaskan karung, karena keterbatasan bangku dan meja. Tahun ini sudah diusulkan mobiler tapi dicoret, di perubahan anggaran diajukan lagi,” katanya lewat pesan singkat yang diterima Mentawaikita.com, Senin (22/5/2023).
Berita Terkait:
Sekolah Filial di Sagulubbek Belajar di Lantai Beralas Karung
Lanjut Basilius untuk jumlahnya belum diketahui lagi, karena tidak dikabulkan makanya tidak terperinci lagi kebutuhan mobiler. “Sekolah kita ada dua bukan hanya sekolah filial saja yang membutuhkan mebel tetapi sekolah induk pun juga sangat membutuhkan,” ungkapnya.
Seperti berita sebelumnya seorang guru di SD filial, Dominikus Tasirilegi menyampaikan tempat dia mengajar memprihatinkan, siswa belajar di lantai dengan memakai alas karung, sedang mejanya seperti bangku yang dibuat hasil swadaya guru sendiri. “Sekolah kami ini ada tiga ruang, satu ruang guru, dua ruang belajar. Dari dua ruang belajar itu dibagi lagi, untuk satu ruang itu disekat untuk ruang belajar kelas satu dan dua, kemudian ruang tiga itu disekat jadi dua, satu untuk kelas tiga dan empat, satu ruang lagi untuk kelas lima dan enam,” katanya, Minggu (21/5/2023).
Kata Domi, sebelum menjadi filial SDN 28 Sagulubbek, sekolah tersebut jadi filial SD Santa Maria di Muara Siberut, kemudian pada tahun 2017 sekolah tersebut diambil alih Dinas Pendidikan Mentawai dan digabungkan dengan SDN 28 Sagulubbek. “Gedung SD ini dibangun lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) tapi itu tidak selesai, seperti jendela belum selesai hanya memakai terali kayu, kemudian lantai baru di cor kasar,” ujarnya.
Domi mengakui pemerintah telah memberikan 10 kursi dan meja belajar dari dana Program Indonesia Pintar tapi kursi itu dipakai untuk kelas 2, kelas 1 dan 3 memakai meja dan kursi panjang hasil swadaya, sedangkan kelas 5 dan 6 memakai meja swadaya dan tempat duduknya karung dan masih belajar di lantai,” ujarnya. Dulu pernah meminjam bangku milik gereja tapi karena ada aturan dari pihak gereja sehingga mereka tidak bisa lagi meminjam bangku untuk belajar. “Total seluruh murid saat ini ada 41 orang, kelas satu ada 11 orang, kelas dua ada 10 orang kelas tiga sampai enam masing-masing lima orang. Sedangkan guru ada empat orang, dua guru kontrak dan dua guru honor,” katanya.
Sekolah tersebut berada di bagian barat pulau Siberut yang berbatasan langsung dengan samudera untuk akses ke lokasi itu harus naik kapal. Jarak dari sekolah induk ke sekolah filial tersebut diperkirakan 12 kilometer dengan menempuh jalan kaki dan naik perahu mesin pompong.