PADANG-Kelompok Anak Muda Padang dibawa jaringan Solidaritas Perempuan menggelar festival budaya dengan tema merawat keberagaman di Sumatera Barat di Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat, Sabtu malam (20/5/2023).
Menurut Ketua Julia Kelompok Anak Muda Padang, Tioranjani Satoko, Provinsi Sumatera Barat memiliki keberagaman suku, bahasa, agama dan adat istiadat, yang diyakini dan dijalankan oleh masyarakat di Sumatera barat, keberagaman ini yang sering disebut masyarakat multikultural. “Namun banyak yang belum menyadari di balik kemajemukan atau keberagaman ini juga menyimpan potensi konflik yang dapat mengancam kehidupan sosial. Oleh sebab itu pemahaman dan kesadaran tentang keberagaman berkehidupan perlu dalam menjalankan kehidupan yang harmonis dan dinamis,” katanya, Minggu (20/5/2023).
Kata Julia, sebenarnya ini kegiatan Anak Muda Padang ini sudah berlangsung sejak bulan Maret dimana kelompok muda mengadakan kegiatan pelatihan kepada 25 anak muda ikut bagian. “Ini adalah puncak selama tiga bulan tersebut, kegiatan acara hari ini adalah bagaimana kita tanpa membedakan agama dan etnik, dari mana dia berasal kita adalah satu kesatuan NKRI yang ada di Indonesia,” katanya.
Julia mengakui kondisi saat ini di di Sumatera Barat ada indikasi diskriminasi dimana ada ketimpangan saling membedakan. “Kami melihat adanya ketimpangan saling membedakan tidak diakuinya budaya Mentawai kadang mendapatkan diskriminasi, padahal itu tidak boleh terjadi,” katanya.
Saat ini ada 50 orang yang bergabung Kelompok Anak Muda Padang dari berbagai etnis mulai dari Minangkabau, Jawa, Nias dan Mentawai. “Kita akan terus merekrut bukan hanya satu suku siapa yang mau kita tidak memaksa untuk bergabung,” ujarnya.
Sementara Koordinator Program, Solidaritas Perempuan, Arieska Kurniawaty mengatakan festival ini merayakan sekaligus merawat keberagaman sebagai sebuah kekayaan dari bangsa Indonesia khususnya di Sumatera Barat.
“Kalau kita lihat belakang ini banyak narasi dimana kelompok-kelompok minoritas, kelompok adat mengalami diskriminasi baik itu dilakukan karena akibat dari kebijakan yang dikeluarkan negara maupun praktek-praktek budaya, ada kelompok merasa paling beradab, cikal bakal dalam suatu etnis suku sehingga kemudian meminggirkan kelompok yang lain padahal sebetulnya kalau bicara tantangan hari ini keragaman dan keunikan yang ada itu, sebetulnya sebuah kekayaan,” ujarnya.
Kata Arieska, Bagi solidaritas perempuan sendiri yang bergerak di isu memperjuang hak perempuan diskriminasi yang muncul akibat perbedaan itu, sebetulnya banyak perempuan yang tidak menikmati hak-haknya. “Jadi memang festival budaya ini kita mendukung teman-teman muda untuk mengingat, merayakan dan merawat keberagaman itu,” katanya.
Dalam acara festival tersebut menampilkan tarian dari Minangkabau, Mentawai, Nias serta atraksi tato dari Mentawai. Selain itu diisi open mic yang beberapa jaringan Kelompok Anak Muda Padang ini, dari beberapa utusan jaringan itu pada intinya di Sumatera Barat masih ada diskriminasi, mulai dari kebijakan negara yang tidak berpihak kepada masyarakat suku lain sampai perlakuan diskriminasi pada kelompok minoritas.