TUAPEIJAT-Salah satu kapal penyeberangan antar pulau milik
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai, KM. Pulau Simasin hingga kini
belum beroperasi meski telah usai menjalani perawatan rutin, alasannya karena
keterbatasan anggaran. Kapal itu kini masih terlihat bersandar di Dermaga
Tuapeijat, Kabupaten Kepulauan Mentawai sejak awal tahun ini.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Tohap
M. Nababan menjelaskan tak ada anggaran tersedia untuk mengoperasikan kapal
tersebut, alasan lain kini tak banyak penumpang yang menggunakan kapal
tersebut.
“Anggaran untuk menjalankannya tidak ada, jangankan itu,
(KM. Pulau Simasin) kapal lain seperti KLM. Nade kalau sewaktu-waktu mengalami
kerusakan anggarannya tidak tersedia,” kata Tohap, pada Rabu, (8/3/2023).
Pada awal tahun ini, kapal tersebut pernah dicoba untuk
melayani Tuapeijat-Sioban-Pasapuat-Sikakap namun penumpang tak banyak.
“Penumpangnya waktu itu sekira 7 orang, tidak sampai 10 orang tidak banyak,
jadi kalau tidak jalan lagi pilihannya akan kita lelang lagi,” ujar Tohap.
Alasan tak banyaknya penumpang yang menggunakan jasa kapal
antar pulau tersebut karena sudah tersedia kapal penumpang lain milik BUMN dan
kapal cepat milik perusahaan swasta melayani antar pulau di beberapa pelabuhan
di Mentawai.
Meski sudah ada kapal lain namun layanannya belum dapat mengakses beberapa daerah di
Mentawai karena tidak ada dermaga seperti di Saibi Samukop Kecamatan Siberut
Tengah, penumpang harus turun naik kapal di tengah laut melalui perantara perahu
mesin atau boat.
Beberapa daerah yang dulunya mengandalkan layanan kapal
antar pulau milik Pemda seperti Saibi dan Sirilogui kini tak lagi dapat rute
layanan karena dua kapal sudah mengubah rute ke Pokai-Betaet (KLM. Nade) kemudian KM. Simatalu melayani
Tuapeijat-Mabukku.
Sementara kapal cepat antar pulau yang melayani
Tuapeijat-Siberut hanya melayani pengangkutan penumpang, sementara barang hasil
bumi tidak bisa.
Tohap menjelaskan kapal yang ada saat ini sudah cukup
membantu melayani penumpang dari daerah Saibi. “Yang saat ini kita lihat kan
penumpang membawa barang bawaannya yang tidak terlalu banyak, kecuali ada hasil
pertanian skala besar di sana,” ujar Tohap.