Jalan Buruk Persulit Pengangkutan Komoditi di Siberut Utara

Jalan Buruk Persulit Pengangkutan Komoditi di Siberut Utara Pisang salah satu komoditi di Mentawai. (Foto : Dok.MentawaiKita)

SIKABALUAN-Dengan menelusuri jalan setapak, sekelompok warga Terekanhulu Desa Malancan, Siberut Utara beriringan menuju Dusun Sirilanggai dengan membawa tandan pisang hasil panen di kebun. Bermodalkan keranjang rotan tempat untuk memasukkan tandan pisang agar mudah dipikul di bagian punggung, satu hingga dua tandan pisang bisa dibawa sekali jalan.

"Jalan sudah terbuka tapi kami makin berat kerjanya," kata Krismon (38), warga Dusun Terekanhulu Desa Malancan.

Krismon mengatakan penyebab masyarakat makin berat untuk membawa hasil ladang seperti pisang dan manu untuk dijual ke penampung di Sirilanggai karena kondisi badan jalan berlumpur dan ditumbuhi rumput, semak yang makin tinggi dan menutup badan jalan.

"Yang tersisa itu selebar orang berjalan kaki, motor dan viar tidak bisa lewat lagi," ujarnya.

Untuk membawa pisang dari Terekanhulu ke Sirilanggai menempuh perjalanan 7 Kilometer. Harga jual pisang di Sirilanggai Rp5 ribu hingga Rp35 ribu per tandan. Sementara untuk rotan per batang Rp2 ribu hingga Rp8 ribu per batang. Pisang yang dapat dibawa sekitar 1-3 tandan. Sedangkan rotan lima hingga 10 batang.

Pembukaan badan jalan Sirilanggai dilaksanakan 2018 dan tidak ada kelanjutan hingga saat sekarang. Demikian juga halnya jalan dari Terekanhulu menuju Sigapokna Kecamatan Siberut Barat yang dibuka 2019 belum ada kelanjutan hingga saat ini.

Sementara di jalan Sikabaluan-Monganpoula kondisi jalan yang dibeton dari simpang empat Sikabaluan-Pokai hingga Puskesmas Sikabaluan sudah dibetonisasi. Sementara dari puskesmas hingga ke Monganpoula badan jalan sudah dibuka namun belum ada pengerasan.

"Untuk ke sekolah saat musim hujan masih sulit karena jalan licin dan berlumpur. Yang jalan kaki harus buka sepatu sementara yang bawa motor harus lebih hati-hati," kata Desi pelajar SMPN 1 Siberut Utara.

Kondisi ini juga dikeluhkan pedagang di Monganpoula dan penampung hasil komoditi lokal masyarakat. Misalnya penampung yang mengangkut pisang menggunakan mobil L300 dan becak motor tak berani menaikkan harga beli karena kondisi jalan yang masih berat dan sering mengalami kerusakan kendaraan.

Harga beli rotan di Monganpoula Rp2 ribu per batang hingga Rp8 ribu per batang, sementara harga pisang Rp10 ribu per tandan hingga Rp40 ribu per tandan.

Peningkatan jalan dari Barambang ke Monganpoula yang dilakukan 2022 belum begitu mendongkrak peningkatan ekonomi masyarakat melalui harga jual komoditi lokal. Sementara dari Monganpoula ke Sirilanggai yang dibuka 2022 dapat dilalui masyarakat saat musim kering, sementara saat hujan badan jalan akan licin. 

Berbeda dengan jalan dari Barambang hingga Monganpoula yang telah dibeton pada beberapa titik cukup memudahkan masyarakat.

Sedangkan dari Barambang menuju Malancan belum menjadi akses utama karena baru dilakukan pembukaan badan jalan. Kondisi badan jalan masih berlumpur di saat musim hujan.

"Untuk membawa hasil bumi masih lewat laut dari Malancan ke Pokai dengan pompong dan boat," kata Juniardi Sakelakasak, Sekretaris Desa Malancan pada Mentawaikita.com, Jumat (27/1/2023).

Meski begitu, Junaidi menyebutkan, untuk musim kering sepeda motor sudah bisa dilewatkan. Untuk mobil dan becak motor yang menjemput hasil pertanian masyarakat belum bisa dilalui.

"Kalau ada keperluan dan urusan yang mendesak di pusat kecamatan dengan jalan kaki sudah bisa ditempuh, tidak lagi mesti mengeluarkan biaya untuk naik pompong atau boat," katanya. 


BACA JUGA