Menyiapkan Masyarakat Desa Tangguh Bencana

Menyiapkan Masyarakat Desa Tangguh Bencana Sejumlah warga Desa Nemnemleleu, Sipora Selatan mengikuti simulasi manajemen posko dan manajemen dapur umum. Simulasi dilakukan untuk menyiapkan warga tangguh menghadapi bencana. (Foto/Patris/Mentawaikita.com)

TUAPEIJAT-Yayasan Citra Mandiri Mentawai melalui program Desa Tangguh Bencana (Destana) kali ini melaksanakan pelatihan simulasi manajemen posko dan manajemen  dapur umum di Desa Nemnemleleu, Sipora Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, awal Desember lalu.

Pelatihan manajemen posko dan manajemen dapur umum bertujuan mendapatkan  keterampilan, kesiapan menghadapi bencana sehingga terwujud masyarakat di desa yang tangguh dan mandiri dalam menghadapi bencana.

Sandang Paruhum, Program Manager Desa Tangguh Bencana (Destana) Yayasan Citra Mandiri Mentawai mengatakan ada kemungkinan program pada tahun berikutnya akan berjalan melihat semangat masyarakat yang bergerak dalam membangun ketangguhan menghadapi bencana.

“Untuk hari ini kita melaksanakan pelatihan simulasi manajemen posko dan manajemen dapur umum lapangan, karena semua bertahap dan semangat membangun ketangguhan,” ujar Sandang.

Pelatihan melalui simulasi manajemen dapur difasilitasi oleh tim Pusdalop BPBD Mentawai dengan mempraktikkan alur-alur koordinasi dengan tim yang telah dibentuk sebelumnya. Simulasi dumlap menyiapkan para petugas-petugas yang akan bergerak dalam pendistribusian pangan kepada pengungsi. Diperlukan struktur koordinasi dalam manajemen dapur umum, seperti ketua, petugas tata usaha dan admin, petugas peralatan dan perlengkapan, kemudian petugas masak, serta petugas distribusi.

Pada pelatihan manajemen dapur umum hal yang disimulasikan dengan menyiapkan tenda dapur, peralatan dapur, kebutuhan pangan untuk para pengungsi jika terjadi bencana. “Hal yang diperhatikan dalam menyiapkan dapur umum lapangan adalah tidak jauh dari pengungsi, tidak jauh  dari posko, tidak jauh dari gudang, tidak jauh dari jalan, sumber air, area yang bersih serta aman dari ancaman bahaya,” ujar Suticih, narasumber dari Pusdalop BPBD Mentawai.

Taufika Hardy, narasumber lain dari Pusdalop BPBD Mentawai menjelaskan soal alur Kelompok Siaga Bencana (KSB) dari mulai kondisi normal, evakuasi mandiri, kemudian aktifasi KSB yang telah terbentuk di setiap desa.

KSB Desa akan dikomandoi oleh kepala desa secara langsung dalam penanganan darurat bencana. Bahwa pada KSB juga telah dibentuk peran masing-masing seperti Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) dan divisi komunikasi, dapur umum, dan pencarian dan pertolongan.

“Simulasi manajemen posko yang kita lakukan hari ini untuk mengenal alur koordinasi. Aktifasi KSB ketika terjadi bencana akan langsung dikomandoi oleh kepala desa, artinya ketika aktifasi KSB semua divisi langsung mengambil peran masing-masing ketika mendapat perintah dari kepala desa,” jelas Taufika Hardy.

Kepala Desa Nemnemleleu, Balsanus berharap kepada masyarakat yang telah dilatih YCM Mentawai melalui program Desa Tangguh Bencana (Destana) dapat menjadi kebiasaan masyarakat dan menjadi masyarakat yang tangguh dalam menghadapi bencana.

“Saya kira dengan solidnya kita, dengan seringnya dilakukan pelatihan YCMM kepada kita semakin terbiasa dengan penerapan ilmu yang kita dapatkan sehingga desa kita menjadi desa tangguh bencana, jangan sampai nanti ada bencana masih ada masyarakat kita yang tidak tertangani, muncul banyak korban, paling tidak kita sudah memperoleh ilmu soal mitigasi bencana dan pengetahuan pengurangan risiko bencana,” ujarnya.

Dengan tim-tim yang telah dibentuk kata dia, setidaknya kita mengerti peran-peran yang dapat kita ambil ketika terjadi bencana, diketahui bahwa daerah Nemnemleleu masih rawan bencana dan rumah-rumah masih banyak di daerah yang dekat dengan pantai.

“Kita tidak tahu waktunya kapan akan datang bencana oleh karena itu kita tetap waspada, ketika mendapatkan ilmu ini kita terapkan dengan menyerbarluaskan informasi mitigasi dalam menghadapi bencana kepada masyarakat kita yang lain,” kata Balsanus.


BACA JUGA