SAIBI—Saat ini sedang musim cengkeh di Pulau Siberut, Mentawai. Inilah masanya bagi masyarakat meraup rupiah. Namun berbeda dengan Nursi (40), warga Desa Saibi, Kecamatan Siberut Tengah, bisa tetap mendapatkan uang dari usaha menganyam tikar pandan.
Ditemui di rumahnya di Saibi pada Jumat (2/12/2022), Nursi tengah asyik menganyam sebuah tikar. Duduk di bangku suaminya sedang mengobrol dengan seorang tamu. Nursih tidak merasa terganggu dengan kedatangan tamu di rumahnya. Dengan cekatan tangannya menyusun lembaran-lembaran pandan menjadi sebuah tikar.
Pekerjaan menganyam tikar dia lakukan sendiri sebab suaminya tidak pandai membuat tikar, biasanya suaminya sehari-hari ke ladang untuk menopang kehidupan keluarga mereka.
Pesanan tikar, kata Nursi akan banyak saat warga di Desa Saibi sedang panen cengkeh sebab membutuhkan tikar untuk menjemur hasil panen. Pada musim cengkeh pesanan bisa mencapai 20 lembar terkadang lebih.
Harga jual 1 lembar tikar pandan dengan ukuran panjang 8 meter dan lebar 1,5 meter tersebut Rp20 ribu. Sehari Nursi dapat menganyam 5 lembar tikar per hari. Pekerjaan itu dimulai dari pagi setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang lain hingga malam sekitar pukul 22.00 WIB.
“Pada hari-hari biasa jarang yang pesan tikar, tapi pada musim panen cengkeh pesanan bertambah,” katanya.
Meski uang yang dihasilkan tidak melimpah, penghasilan menjual tikar bagi Nursi cukup meringankan beban keuangan keluarga. Tidak ada pendapatan yang menentu tiap bulan, tetapi selalu ada yang memesan.
Menurut Nursi, musim hujan merupakan hambatan dalam pekerjaanya sebab saat itu daun pandan yang akan dijadikan tikar tidak dapat dijemur. Butuh sekira dua hari agar daun pandan siap dianyam jadi tikar.
Keterampilan membuat tikar sudah dia kuasai saat masih tinggal di Desa Sirilogui, Kecamatan Siberut Utara. Di Sirilogui banyak yang membuat tikar pandan yang harganya mencapai Rp60 ribu- Rp70 ribu. Tikar pandan buatan Sirilogui biasanya dijadikan alas tidur.
Sejak dia pindah ke Saibi pada 1999 karena menikah dengan suaminya yang sekarang, kebiasaan itu tetap diterapkannya. Meski bahan yang digunakan tidak sama dengan tikar pandan yang dibuatnya di Sirilogui tekniknya tetap sama.