Seribu Makna Tato Mentawai

Seribu Makna Tato Mentawai Yudas Sabaggalet, Tokoh budaya Mentawai berbicara dalam workshop Tato Mentawai di Muntei, Senin (28/11/2022). (Foto : Hendrikus/MentawaiKita)

MUNTEI-Tato Mentawai tidak sekadar gambar yang dipatrikan di tubuh namun ada seribu makna yang tersurat dan tersirat di dalamnya.

Tato menurut Yudas Sabaggalet, tokoh budaya Mentawai yang juga mantan Bupati Mentawai yang menjadi pembicara dalam workshop yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang bertema “Mengembalikan  Budaya Tato” sarat makna. Gambar tato yang mereka buat berkaitan dengan budaya bahwa Orang Mentawai  yang mempercayai setiap makluk hidup memiliki roh sehingga perlu menjaga lingkungan di sekitarnya. Ini berkaitan erat dengan arat sabulungan yang dahulu diyakini Orang Mentawai

“Tidak bisa menebang kayu sembarangan harus ada prosesinya, kalau membuat sampan ada prosesi, Orang Mentawai sudah berpikir dari dulu, mereka persaudaraan sudah tahu, budaya dulu ada agama juga bagian dari budaya, tato sebagai umat simagre (mainan bagi roh) makanya tidak sakit, kita harus belajar budaya kita sendiri, jangan orang luar yang tahu," kata Yudas di Sanggar Uma Jaraik Sikerei Muntei, Senin (28/11/2022).

Yudas mengatakan, ketika penjajahan Belanda dulu yang diserang pertama adalah budayanya sebab begitu bermaknanya budaya dalam kehidupan. Tidak ada budaya kalau tidak ada manusia, oleh sebab itu budaya tato sangat penting bagi kehidupan masyarakat Mentawai.

“Gambaran tato merupakan bentuk cara berpikir Orang Mentawai dalam memandang banyak hal dalam kehidupan,” ujarnya.

Tato juga bermakna sebagai identitas bagi Orang Mentawai yang menjadi pengenal asal tempat tinggalnya. Tato dibawa mati yang dapat bermakna kesetiaan dalam kehidupan masyarakat Mentawai.

Kepala Balai Pelestarian Desa Sumbar,  Rois Leonard Arois mengatakan, alasan pemilihan tema workshop ini sebab ada kegelisahan seni tato Mentawai banyak digunakan orang luar untuk kepentingan ekonominya. Sementara di Mentawai tidak banyak lagi yang mau belajar tentang tato.

“Tidak hanya itu sikerei (dukun Mentawai) juga mulai berkurang, dan ada juga yang tidak ditato lagi, kita khawatir setelah sikerei tidak ada lagi, tidak ada lagi yang melanjutkan. Kegiatan ini tidaklah mudah sebab dari 80 desa, Desa Muntei lolos untuk melaksanakan kegiatan ini, rencananya tahun ke tiga 2023 akan ada festival tato internasional, kita akan undang berbagai negara, jadi tato ini milik Orang Mentawai," kata Rois Leonard Arois dalam workshop itu.

Joel Sakatsilak, salah seorang pegiat tato Mentawai dari komunitas Sita Simattaoi, mengatakan  generasi muda Mentawai sudah mulai tidak cinta dengan budayanya khususnya tato.

“Saya pernah di berbagai daerah seperti Sarereiket Desa Madobag, saya tanya di mana mereka tahu bahwa membuat titi’ (tato) menggunakan mesin, kenapa tidak menggunakan alat tradisional, memang tato mesin cepat, namun kita di Mentawai dulu menggunakan alat tradisional bukan mesin,” kata Joel Sakatsilak.

Peserta workshop dihadiri siswa dari SD, SMP, SMA dan pemuda Mentawai.


BACA JUGA