TUAPEIJAT-Usia Kabupaten Kepulauan Mentawai yang masuk 23 tahun hingga kini dinilai belum mampu menyediakan stok pangan secara mandiri, padahal program pengendalian pangan seperti cetak sawah dan program pertanian lain yang digagas Pemda Mentawai melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Mentawai ternyata belum mampu menyuplai kebutuhan pokok masyarakat di Mentawai.
Ketidakmampuan Pemda Mentawai menyediakan cadangan pangan secara mandiri itu dibuktikan Pemda Mentawai lebih memilih melakukan kerja sama dengan Kabupaten Tanah Datar di bidang pertanian dan Perum Bulog Kantor Wilayah Sumatera Barat dalam rangka stabilisasi bahan pangan satu harga dan antisipasi inflasi.
Langkah yang dipilih Pemda Mentawai tersebut diklaim sebagai upaya memenuhi pasokan pangan dan menstabilkan harga bahan pokok di Mentawai khususnya di pusat kabupaten yang begitu tinggi sehingga masyarakat mendapat bahan pangan yang terjangkau, selama ini bahan pokok, cabai, telur, bawang, beras selama ini masih didatangkan dari luar Mentawai.
“Tujuan kerja sama itu adalah untuk kesediaan stok pangan kita dan menstabilkan harga. Ketersediaan cadangan pangan sesuai dengan Perda kita bahwa setiap tahun kita tetap menyediakan ketahanan pangan, dengan adanya Badan Pangan Nasional sekarang kita melakukan pengendalian dan netralisasi menstabilkan harga,” ujar Hatisama Hura, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Mentawai, pada Selasa, (25/10/2022).
Perjanjian kerja sama dengan Bulog Sumbar dan Kabupaten Tanah Datar kata Hatisama Hura telah selesai dilakukan. Kerja sama dengan Kabupaten Tanah Datar dilakukan karena daerah itu memiliki produksi hasil pertanian yang sangat banyak. “Mereka banyak produksi bahkan over produksi yang ada di sana adalah beras, cabe, bawang, telur dan sayur-sayuran.
Hatisama Hura menjelaskan pendistribusian bahan pokok tersebut difasilitasi oleh Badan Pangan Nasional. “Keuntungan kita, dari sisi harga kita ambil ke sumbernya, bukan lagi dari pedagang, kita juga menawarkan kepada mereka (Pemkab Tanah Datar) apa yang dapat diambil dari daerah Mentawai, seperti pisang, kelapa bulat, kemudian tanaman cengkeh kalau mereka butuh, kemudian mereka butuh ikan laut, itulah bentuk kerja sama kita,” jelas Hura.
Hura menjelaskan juga beras yang didatangkan dari luar Mentawai karena produksi beras di Mentawai masih minim dan tidak berkelanjutan dan sarana pendukung pertanian di Mentawai masih minim dan pengairan masih mengandalkan tadah hujan sehingga debit air untuk pengairan sawah tak maksimal tersuplai.
“Kita belum bisa produksi beras di Mentawai untuk suplay ketahanan pangan, karena kita bertanam itu hanya sekali setahun, meningkatkan produksi itu kan harus didukung sarana prasarana pendukung,” ujar Hura.
Pola tanam yang dilakukan masyarakat belum berkelanjutan. “Belum ada masyarakat kita yang siap yang bertanam secara berkesinambungan, dan animo masyarakat bertanam rendah, karena ada kegiatan lain seperti proyek atau pas hari besar, akhirnya mereka bertanam 1 kali setahun, mereka bercocok tanam itu hanya sekali saja dan mereka tinggalkan,” ujar Hatisama Hura.
Hatisama Hura menjelaskan program cetak sawah selama ini yang pernah ada dinilai gagal. “Kalau kita melihat (cetak sawah) itu gagal, karena mereka tidak berproduksi maksimal, dan sarananya selama ini kita akui masih kurang yang mendukung pertanian,” ujarnya.
Adanya kerjasama ini diakui Hatisama Hura bahwa Mentawai belum mampu menyediakan pangan dari daerah sendiri, dan jika Mentawai dapat memproduksi kebutuhan pangan secara mandiri kerja sama ini dapat hilang dengan sendirinya.
“Kalau di Mentawai banyak potensi yang dapat dikembangkan seperti pisang, cengkeh, kelapa tetapi persoalannya itu adalah pasar tidak ada, persoalan transportasi juga di Mentawai belum mendukung,” ujar Hura.
Kata dia dukungan sarana pasar dan transportasi dapat mendukung peningkatan perekonomian masyarakat dan menghemat biaya transportasi lebih murah, akibat dari itu harga, kelapa, pisang itu turun sehingga masyarakat kita tidak bersemangat untuk memproduksi potensi yang ada, sekedar pas berbuah saja baru kemudian diurus.
“Ketertinggalan itu berada di sisi ekonomi, dan harus didukung sarana dan prasarana, banyak masyarakat yang memiliki potensi hasil bumi tetapi tidak bisa keluar pasar di luar Mentawai, banyak pangan lokal masyarakat yang bisa mendatangkan sumber ekonomi,” ujar Hura.