Warga Rereiket Beralih Mengolah Sagu Pakai Mesin  

Warga Rereiket Beralih Mengolah Sagu Pakai Mesin   Opmanai sedang berada di mesin pengolahan sagu. (Foto: Hendrikus Bentar/Mentawaikita.com)

MADOBAG-Sagu terkenal sebagai makan pokok masyarakat Mentawai sejak nenek moyang, tidak hanya untuk makanan tetapi sagu juga bisa digunakan untuk makanan ternak babi dan ayam.

Sebelumnya untuk memproses sagu memakai alat tradisional diiringi upacara atau ritual adat. Pohon sagu yang ditebang itu merupakan pohon yang paling tua agar saripati sagu banyak. 

Sesuai perkembangan zaman warga Madobag sudah tidak lagi mengolah sagu dengan tradisional namun menggunakan mesin dan untuk mengolahnya menjadi saripatih sekarang menggunakan tangan dengan cara memeras dan tempat untuk menghasilkan tepung menggunakan tangan.

Untuk mesin akan disewa, satu batang sagu pemilik mesin akan mendapat 1 karung sagu, kalau dulu masyarakat tidak memikirkan minyak dan mesin sebab semuanya alat tradisional, tapi kalau dibandingkan proses mengolah sagu satu batang bisa satu minggu tapi alat mesin saat ini satu batang sagu bisa 3 hari selesai dan persiapan untuk memulai membuat sagu tak banyak.

Dalam membuat tepung sagu sedangkan peran perempuan dan laki laki selalu ada, untuk memarut sagu dengan mesin diperankan oleh laki laki sedangkan untuk memeras sagu di dalam sampan lebih banyak diperankan oleh perempuan, namun bisa juga dilakukan oleh laki laki. 

Sedangkan parutan sagu ini muncul saat melihat ada warga Puro Desa Muara Siberut menggunakan mesin memarut sagu, satu set harganya Rp500 ribu.

Sementara tappri sebagai tempat menyimpan sagu biar awet, sekarang sudah menggunakan karung, dengan karung lebih simpel hanya merogoh uang Rp35 ribu sudah dapat 21 helai.

Opmanai (80) warga Dusun Madobag menuturkan warga Rereiket memang tidak meninggalkan sagu namun hanya proses pembuatannya saja yang ditinggalkan. “Hampir semua masyarakat masih mengkonsumsi sagu sebagai makanan pokok dan sangat dibutuhkan ketika pesta adat diadakan. Menanam sagu sebagai pengganti yang ditebangpun masih dilakukan oleh masyarakat, tidak hanya itu batang sagu masih dipercayai sebagai salah satu alat mas kawin,” tuturnya.

Dulu orang mentawai memproses sagu menggunakan kikitci (kayu enau yang diruncingkan) fungsinya  mengikis isi sagu yang sudah dikupas, proses itu memakan waktu yang lama, lalu setelah kikitci lalu perkembangan adanya paku mereka membuat gergaji terbuat dari paku, orang Mentawai sebut (gagaji) lalu ini juga mulai ditinggalkan oleh masyarakat, lalu dilanjutkan saat ini masyarakat sudah menggunakan mesin parutan sagu. “Jadi tak ada lagi masyarakat yang menggunakan cara membuat sagu dengan cara lama,” katanya.

Dulu sagu sangat populer di Mentawai sebab tidak ada makanan pokok selain sagu, setiap pesta di uma (rumah adat Mentawai) selalu dibutuhkan sagu sebagai makanan. Saat ini sagu sebagian mulai ditebang sebagai tempat pinang dan perladangan, namun ada juga sebagian warga masih menanam sagu pengganti yang sudah ditebang khususnya Desa Madobag sepanjang jalan kita masih menemui pohon sagu. 

 

 

 

 

 

    

 

 

 

 

 

        

 

 


BACA JUGA