PADANG-Jalimin, Kepala Desa Malancan Kecamatan Siberut Utara mengatakan dengan mengajak penyandang disabilitas tuna wicara tinggal di dalam keluarganya sebagai bentuk kepedulian memberikan pengalaman tersendiri dalam berinteraksi dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
"Hal-hal sederhana misalnya meminta tolong untuk dibuatkan kopi atau menanyakan sedang mengerjakan apa dengan bahasa isyarat sesuatu pengalaman,” katanya dalam sebuah diskusi Pelatihan Gedsi Bersama Aparatur Pemerintah Desa dan Pemda Mentawai di Pangeran Hotel, Padang, 19-20 September 2022.
Lebih Lanjut dikatakan Jalimin, pelatihan yang difasilitasi Yayasan Citra Mandiri Mentawai (YCMM) dari program Estungkara dengan sasaran program Desa Malancan Kecamatan Siberut Utara, Desa Muntei Kecamatan Siberut Selatan dan Desa Nemnemleleu Kecamatan Sipora Selatan, karena sering berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari anaknya yang sulung lebih fasih berkomunikasi dengan penyandang disabilitas. "Dia sudah lama tinggal bersama kami karena sudah kami anggap sebagai keluarga", katanya.
Kepala Desa Nemnemleleu, Sipora Selatan, Balsanus pemberdayaan kelompok rentan seperti kelompok ibu-ibu, penyandang disabilitas masih sebatas pemberian bantuan dalam bentuk BLT (Bantuan Langsung Tunai) sesuai yang ada di dalam aturan. "Kami juga dari desa menyadari keterbatasan dan kekurangan kami dalam membantu mereka,” katanya.
Beberapa faktor, dikatakan Kepala Desa Nemnemleleu yaitu karena kurang terlibatnya kelompok rentan khususnya kelompok penyandang disabilitas dalam menyuarakan dan menjadi kebutuhan mereka serta kurangnya pemahaman pemerintah mereka dalam melihat kelompok penyandang disabilitas selama ini.
"Cara kita berkomunikasi dan bentuk apa yang kita buat bagi mereka dalam meningkatkan kapasitas mereka itu yang belum ada bagi kami pemerintah desa. Kalau soal kepedulian sebatas yang kami mampu dan kami pahami ya itu yang bisa kami lakukan,” katanya.
Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Paulina Takjiningen Saruruk mengatakan untuk membantu kelompok rentan yang ada di masing-masing desa dapat dilakukan oleh pemerintah desa sesuai dengan kebutuhan yang dimiliki masing-masing penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya.
"Yang penting berpedoman pada aturan yang telah diatur dalam Perbup atau Permendes serta aturan lainnya,” katanya.
Kelompok rentan atau penyandang disabilitas dikatakan Paulina memang penting untuk diberdayakan dengan memberikan pelatihan atau hal lainnya agar mereka menjadi mampu dan tidak dianggap sebagai beban di dalam masyarakat dan keluarga.
"Kalau mereka memiliki kemampuan dan kita fasilitasi secara sendirinya mereka akan berusaha dan ekonomi mereka jadi berdaya. Mereka tidak lagi menjadi beban di dalam keluarga,” katanya.
Bentuk-bentuk pemberdayaan yang diberikan seperti pelatihan, pemberian modal hingga membuatkan event agar publik bisa melihat kemampuan yang mereka miliki. "Misalnya yang punya keahlian pijat urut, mengukir hingga keahlian lainnya,” katanya.
Ketua Himpunan Wanita Penyandang Disabilitas Indonesia (HWDI) Sumatera Barat, Levi Yenita mengatakan kelompok rentan atau penyandang disabilitas memang harus diberdayakan agar mereka mampu dan mandiri.
"Keluarga mesti memberikan dorongan kepercayaan diri bagi penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya sehingga mereka menjadi berani dan PD,” katanya.
Langkah awal untuk dapat memberdayakan kelompok rentan dan penyandang disabilitas yaitu dengan membentuk wadah organisasi agar memudahkan pengkordinasisasian untuk memberikan pemberdayaan bagi mereka. "Tentunya data sangat penting", katanya.
Normawati Astuti, Kepala Seksi Perlindungan Anak di Dinas Sosial P3A Mentawai mengatakan terkait dengan data kelompok rentan dan penyandang disabilitas sudah ada di Dinas Sosial namun belum secara keseluruhan.
"Terkait dengan pemberdayaan bagi mereka sudah ada beberapa tempat di Mentawai yang sudah pernah memberikan pelatihan atau memberikan bantuan bagi mereka sesuai dengan kebutuhan. Namun kita akui hal ini belum maksimal dan belum menyasar semua penyandang disabilitas yang ada di Mentawai", katanya.
Saat akhir acara, tiga kepala desa yang menjadi sasaran Program Estungkara (Gedsi) dampingan YCMM sepakat untuk membuat komitmen atau kesepakatan bersama untuk memberikan ruang dan kesempatan dalam memberdayakan dan memandirikan kelompok rentan salah satunya penyandang disabilitas agar dalam perencanaan pembangunan dan program di desa mereka terlibat dan diberdayakan sehingga program dan pembangunan yang dilaksanakan di desa menjadi inklusif.