Akses Sulit, Anak Buttui Jalan Kaki ke Sekolah di Madobag

Akses Sulit Anak Buttui Jalan Kaki ke Sekolah di Madobag Anak-anak Buttui pergi sekolah ke Madobag dengan jalan kaki. (Foto: Hendrikus Bentar/Mentawaikita.com)

MADOBAG-Anak-anak Buttui, Desa Madobag Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai kesulitan menggapai akses sekolah SMP yang jaraknya 1 jam berjalan kaki ke Dusun Madobag. 

Dominikus Gotdai, anak Buttui yang bersekolah di SMPN 2 Siberut Selatan Desa Madobag mengaku harus bangun pukul 05.00 WIB agar bisa segera berjalan kaki ke sekolah dan tidak terlambat. Agar seragamnya tidak kotor, Dominikus memakai baju biasa dan menggantinya di sekolah.

Dijelaskan Dominikus, saat ini ada sekira 30 anak Buttui yang bersekolah di SMPN 2 Siberut Selatan. “Biasanya kami berjalan kaki ke sekolah berombongan, saling menunggu, kalau habis hujan, jalan becek, karena itu kalau ke sekolah kami pakai baju biasa dan sandal, tiba disekolah baru pakai seragam dan sepatu,” katanya Kamis, (27/7/2022).

Meskipun ada asrama siswa di Madobag, namun Dominikus enggan tinggal di sana. “Masih bisa jalan kaki, jadi saya pilih tetap tinggal di kampung, kecuali kalau sudah SMA, baru kos,” katanya.

Meski harus menempuh perjalanan panjang ke sekolah Dominikus mengaku tetap semangat. Dia hanya berharap jalan segera diperbaiki lebih bagus agar perjalanan ke sekolah lebih lancar.

Dominikus tumbuh di keluarga besar, lima bersaudara. Bagi keluarganya, bersekolah sangat penting.  Aman Gotdai, ayah Dominikus mengaku tak ingin anak-anaknya seperti dia yang tidak sekolah. “Saya seorang sikerei, empat dari lima anak saya kini sekolah,” katanya.

Karena jauhnya akses pendidikan, banyak anak-anak Buttui yang putus sekolah, jelas Aman Gotdai. Banyak anak putus sekolah atau tamat SD lalu menikah. “Karena itu banyak pernikahan usia muda di sini,” katanya.

Meskipun kesulitan memenuhi biaya pendidikan anaknya, Aman Gotdai tetap semangat. Pencarian dari wisatawan yang datang mengunjungi Buttui menjadi andalannya karena hasil pertanian belum banyak, menjualnya pun sulit karena transportasi jauh ke pusat kecamatan.

Dia cukup bersyukur, dua bulan terakhir, wisatawan yang berkunjung mulai ramai jika dibandingkan saat pandemi Covid lalu. ‘’Mudah mudahan tamu tetap lancar dan pengunjung makin banyak sehingga bisa membantu kami sedikit, tidak hanya kami juga beberapa masyarakat di sekitar Buttui,” katanya.

BACA JUGA