YPBM Menggelar Festival Pagelaran Kebudayaan Mentawai 

YPBM Menggelar Festival Pagelaran Kebudayaan Mentawai  Atraksi dari sanggar binaan Yayasan Pendidikan Budaya Mentawai (Foto: Hendrikus/Mentawaikita.com)

MADOBAG-Yayasan Pendidikan Budaya Mentawai (YPBM) mengadakan Festival Pagelaran Kebudayaan Mentawai dari enam sanggar binaan dan  yang diikuti ratusan peserta dari Desa Muntei, Desa Maileppet, Madobag, dan Desa Matotonan, di Balai Dusun Madobag Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai pada Sabtu (30/7/2021)

‘’Kegiatan perlombaan ini diikuti oleh anak-anak sekolah adat binaan YPBM yang sebelumnya telah kami latih, ada pun sanggar sekolah adat yang mengikuti kegiatan yakni, sanggar Bubuakat Desa Maileppet, sanggar Baklu Dusun Ugai, sanggar Totoirak  Dusun Buttui, sanggar Pasigeugeu Dusun Puro, sanggar Manai Simaeruk Dusun Madobag, sanggar Uma Jaraik Desa Muntei, pesertanya semua anak anak sekolah yang diikuti seratus lebih peserta kegiatan festival dimulai  pada hari Sabtu sampai Minggu,” kata Ketua Panitia Penyelenggara, Filemon Sagulu kepada Mentawaikita.com sabtu,(30/7/2022)

Kegiatan tersebut berupa perlombaan ada turuk laggai (tarian adat Mentawai) dan tari kreasi semuanya pesertanya menggunakan pakaian adat. “Saya melihat mereka sangat antusias dan senang bisa tampil di acara ini mereka juga percaya diri mengenalkan budayanya,” ujarnya.

Ketua Yayasan Pendidikan Budaya Mentawai Fransiskus Yanuarius Mendrofa mengatakan, kegiatan ini juga sebagai silahturahmi antar anggota sekolah adat yang selama ini belum mengenal dan juga evaluasi belajar dari Januari dan Juni.

“Kita menyediakan konsep non formal kepada sekolah adat ini, kurikulum nyaman intinya salah satu membuat keranjang ayam (roiget) jadi mereka diajarkan sampai bisa. Kita mengajarkan kepada mereka cerita rakyat, tentang keikei (taboo) itu harus diketahui oleh generasi sekarang, lalu ada hal yang sangat inten yang khusus pengetahuan,” ujarnya.

Kata Yan, budaya merupakan sebuah warisan dari nenek moyang, bagaimana kehidupan masyarakat Mentawai yang sampai saat ini masih berdaulat di tanah sendiri. ‘’Ini sebuah gerakan peduli komunitas kita, swadaya komunitas kita juga, dan dibantu pemerhati budaya, sehingga acara ini bisa terselenggara, intinya disini bukan festivalnya tapi bagaimana mereka percaya diri, saya orang mentawai saya punya budaya, saya bangga, maka saya menunjukkan itu semua kepada orang,” katanya.

Yan melihat, saat ini budaya dan seni Mentawai selama ini tidak ada akses untuk mereka khususnya anak muda untuk mempelajari budaya Mentawai. “Kita tahu saat ini zaman semakin berkembang maka fungsi uma (rumah adat Mentawai) kurang mengetahui nilainya,” tutupnya.

 

BACA JUGA