SIKABALUAN-Kasus malaria yang disebabkan oleh gigitan nyamuk
Anopheles kembali terjadi di Mentawai setelah sekian tahun tidak ditemukan.
Kasus kali ini muncul di Desa Simatalu Kecamatan Siberut Barat. Namun sulit
tertangani karena stok obat malaria kosong.
"Kasus malaria kembali muncul di wilayah Simatalu. Obat
kosong di kabupaten. Kita koordinasi ke Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat, obatnya kosong juga karena kasus ini sudah lama tidak ada," kata
Desti Seminora, Kepala Dinas Kesehatan Mentawai dalam acara kunjungan Pj. Bupati
Mentawai di Sikabaluan, Kamis (2/6/2022).
Lebihlanjut dikatakan Kepala Dinas Kesehatan, sudah ada tim Dinkes
yang turun untuk melihat ke lokasi sambil membawa persediaan obat seadanya.
"Kita ambil obat yang ada di Puskesmas Sioban dan
Mapaddegat. Termasuk kelambu malaria," katanya.
Kepala Desa Simatalu, Stefanus Siribere mengatakan kasus
malaria sudah merata muncul di wilayah Desa Simatalu.
"Kasusnya sudah lama. Persoalannya karena obat yang
minim di puskesmas dan polindes," katanya pada Mentawaikita.com, Jumat
(3/6/2022).
Lebihlanjut diharapkan Kepala Desa Simatalu, perlu ada
penanganan serius dan persediaan obat yang cukup di Puskesmas Simatalu dan
Puskesmas Betaet karena wilayah Simatalu bagian pantai berada di bawah naungan
Puskesmas Betaet.
"Harapan kita ini cepat tertangani karena kita sudah
kewalahan dan masyarakat mulai pasrah karena obat yang tidak ada,"
katanya.
Salah seorang tenaga kesehatan yang bertugas di Polindes
Limu Desa Simatalu, Damelita Sirirui mengatakan bahwa kasus pertama munculnya
malaria di Dusun Limu pada Januari 2022 dengan jumlah data yang ditangani
berdasarkan data pengobatan sebanyak 40 kasus.
"Data ini sudah kita laporkan ke puskesmas dan dinas Kesehatan,"
katanya.
Saat kasus pertama muncul, persediaan obat malaria tidak
ada. Maka dimanfaatkan obat yang tersedia di polindes seperti obat demam (paracetamol),
sakit kepala (ibupropen).
"Kalau pasiennya sampai mual-muntah maka dikasih
antasida, omaprazole. Bila sampai menggigil, kejang dipasang infus RL ditambah
drip B12," jelasnya.
Saat munculnya kasus pertama, masyarakat yang datang berobat
tiga hingga 10 orang dalam sehari. Karena persediaan obat kosong atau terbatas
penggunaan obat kadang tidak sama karena melihat kasus yang ditangani. Oleh
pasien atau keluarga memberikan protes karena mereka menilai petugas
menyembunyikan obat.
"Kita sampai menangis karena berdebat soal ini. Di satu
sisi pasien dan keluarga benar karena menginginkan obat yang sama dengan pasien
yang sudah sembuh tapi di sisi lain obatnya kosong atau kasusnya masih berbeda,"
katanya.
Pernah suatu kali pasien yang datang berobat hampir
meninggal karena dipasangkan infus tidak mau dan minta dibuka, dirujuk ke
puskesmas tidak mau.
"Katanya ada juga sikerei. Tapi dengan
memberikan obat yang ada dengan kontrol rutin akhirnya pasien dapat terselamatkan,"
katanya.
Untuk persediaan obat malaria setelah munculnya kasus
pertama sudah disampaikan ke dinas hingga provinsi. Dari sekian banyak obat
yang diminta namun yang terealisasi hanya 15 kotak dimana dalam satu kotak
terdiri dari 9 biji obat. Sementara dalam penanganan positif malaria untuk
orang dewasa minum obat malaria 3 biji dalam sehari.
"Artinya sehari itu persediaan obat habis untuk sekali
minum bila kasusnya mencapai 10 kasus," katanya.
Untuk kasus malaria di Limu, berdasarkan pengamatannya
bermula dari aktifitas masyarakat diladang. Seperti mencari tempurung kelapa
yang sudah lama tertimbun tanah atau tergenang air dimana tiba-tiba dibongkar
karena tempurung kelapa sudah laku dibeli.
"Kalau untuk pemukiman masyarakat untuk Dusun Limu
sudah bersih," katanya.
Marinus Bakkat Kunen, Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan
Tradisional di Dinkes Mentawai yang ikut turun ke Betaet dalam rangka persiapan
akreditasi Puskesmas Betaet dan memantau kasus malaria mengatakan saat ini di
Puskesmas Betaet sedang dirawat inap pasien positif malaria.
"Ada kasusnya. Nanti tim Dinas Kesehatan bersama pihak
puskesmas akan mengadakan rapat bersama soal persiapan akreditasi hingga kasus
malaria ini," katanya.
Untuk di Puskesmas Simatalu sendiri, kata Marinus akan turun
langsung berkoordinasi dengan petugas sekaligus mengantarkan nakes penempatan
baru diantaranya dari Nusantara Sehat, dua orang dokter, satu orang bidan, satu
orang tenaga gizi dan satu orang tenaga kesehatan masyarakat.