SAIBISAMUKOP-Memasuki masa Pembelajaran Tatap Muka (PTM)
terbatas, tenaga pendidik di Kepulauan Mentawai berupaya memaksimalkan
penyampaian materi pembelajaran kepada siswa dengan berbagai metode pembelajaran yang
dilakukan untuk mengejar target di tengah keterbatasan fasilitas pendukung
pembelajaran dan materi.
“Kendalanya dibanding normal, materi tidak sampai satu semester atau tidak maksimal, karena waktu guru mengajar biasanya 2-3 jam, kalau sekarang materi yang kita kejar target, kalau sekarang inti-intinya saja yang kita sampaikan kepada anak-anak, yang jelas kita berupaya bagaimana siswa dapat pelajaran,” kata Herman Yohanes Satoko, Kepala SMPN 1 Siberut Tengah.
Metode pembelajaran yang dilakukan selama pembelajaran jarak jauh dan daring adalah dengan metode guru kunjung.” Kalau PJJ guru yang berkunjung ke rumah siswa yang akan dibentuk kelompok maksimal 5 siswa dengan per daerah selama proses pandemi itu pernah kita lakukan, kemudian daring tidak bisa tatap muka, kita akali bagaimana anak itu bisa dapat pelajaran, kita buat tugas materi kepada anak dan kita tempel di sekolah,” jelas Herman.
Kemudian untuk pengumpulan tugas akan diwakilkan oleh ketua kelas. “Supaya tidak berhadapan langsung dengan guru-gurunya, kadang mereka juga antar kepada guru untuk dilakukan penilaian, sekarang boleh PTM tetapi terbatas, dengan jam mengajar 35-45 menit mengulas pelajaran intinyanya, kita kejar agar tidak ketinggalan pelajaran,” ujar Herman.
Untuk menyiasati ujian, strategi yang dilakukan adalah bagaimana siswa dapat memahami pelajaran dengan nalarnya. “Kita sekarang kita sampaikan dengan bagaimana cara dia berpikir dengan nalarnya, tidak lagi berpatokan dengan buku pertanyaan, kreatifitas siswa lagi,”ujar Herman.
Pembelajaran di sekolah selama PTM dengan membagi waktu jam masuk siswa dengan jumlah siswanya yang dibatasi. “Kita ada masuk pagi dan siang, mulai pukul 07.30 WIB-09.00 WIB itu sif pertama kelas 8 dan kelas 9, kemudian sif kedua pukul 09.30 WIB-10.30 WIB untuk anak kelas 10,” jelas Herman.
Metode pembelaran PJJ yang pernah dilakukan tidak efektif. “PJJ itu idealnya belajar di rumah online, pasti kita tidak bisa belajar secara online kemudian kendala lain tentu dengan soal alat pendukung belajar online tidak memadai, kemudian dilakukan sistem kunjung, guru yang berkunjung ke siswa dan sebaliknya kita buat sekira 2 bulan tetapi juga tidak efektif,” kata Rafael, Kepala SMAN 1 Siberut Tengah.
Dengan metode guru kunjung hingga pengumpulan tugas di sekolah untuk menghindari kerumunan juga dirasa tidak efektif. “Tetapi intinya adalah bagaimana kemudian meminimalkan penyebaran virus, kemudian siswa tidak putus sekolah, yang kami buat PTM terbatas dan betul-betul terbatas, dari jam pelajaran dibatasi, jumlah, yang penting bagaimana siswa tetap merasa dia ada di sekolah,” ujar Rafael.
PTM di SMAN 1 Siberut Tengah masuk mulai pukul 08.00 WIB-10.00 WIB itu semua tingkatan kelas yang dibatasi itu, protokol kesehatan tetap dijalankan. “Lalu dalam hal pencegahan, semua guru sudah divaksin, ada 26 guru sudah vaksin, kemudian siswa 225 dan semuanya sudah menerima vaksin lengkap untuk dosis pertama, menunggu tahap kedua,” kata Rafael.
Kurikulum yang digunakan kata Rafael di masa pandemi ini adalah yang kurikulum yang disesuaikan atau kurikulum darurat. “Metode pembelajaran, kami berusaha bagaimana siswa tidak putus sekolah itu yang penting, selain harus memang tetap jangan sampai putus sekolah,” kata Rafael.
Menyiasati ujian akhir sekolah, penilaian yang dilakukan pada siswa kata Rafael bagaimana siswa tetap hadir, lalu mengikuti kegiatan yang ada, melaksanakan tugas yang diberikan. “Artinya memaksimalkan materi esensial kepada siswa,” kata Rafael.