Musik Dalam Ritual Pulaggajat 

Musik Dalam Ritual Pulaggajat  Sikerei sedang menggelar punen pulaggajat di Matotonan(foto: doc.Daud Sababalat)

MATOTONAN-Liat pulaggajat merupakan pesta besar Desa Matotonan, Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Liat Pulaggajat merupakan pesta adat kampung, salah satu tradisi yang diwariskan nenek moyang orang Mentawai yang masih dipraktikkan masyarakat Matotonan, desa di hulu Sungai Rereiket.

Terletak di bagian hulu Siberut Selatan dan jauh dari pusat kecamatan menjadikan Matotonan desa yang masih kental memegang adat dan budaya Mentawai. Masyarakatnya masih menjalankan berbagai tradisi dan budaya asli Mentawai, seperti menggelar punen atau liat atau pesta. Pesta adat ini biasanya akan dipimpin oleh sikerei, yaitu orang yang memiliki kemampuan mengobati secara tradisional serta dapat berkomunikasi dengan para leluhur saat pesta adat maupun pengobatan.

Meski begitu, tidak semua pesta harus dipimpin sikerei namun juga bisa bukan seorang sikerei namun memiliki pemahaman tentang tradisi dan mengerti prosesi lia/liat, misalnya seorang sikebbukat uma (pemimpin uma/kepala suku).


Liat pulaggajat di Desa Matotonan digelar 7 Agustus lalu. Pesta adat yang digelar pemerintah desa ini setiap perayaan ulang tahun desa yang jatuh setiap 10 Agustus. Gelar liat pulaggaijat merupakan bentuk syukur kepada ulau manua atas pembangunan dan rezeki selama setahun dan juga doa keselamatan dan kebahagiaan untuk setahun ke depan.

Upacara adat ini juga sebagai upaya pelestarian budaya Mentawai. Pesta ini dilakukan di desa Matotonan dengan prosesi ritualnya selama 3 hari dan hari ke-4 berburu atau yang disebut ei kaleleu. Hari Jumat dimulai pesta ini dengan ritual pagi hari dengan bacaan mantra-mantra.

Liat pulaggajat ini melibatkan 39 sikerei yang diawali dengan mencari dedaunan di hutan  untuk memulai ritual. Kemudian dedaunan itu diletakkan di dekat gong setelah dibacakan mantra-mantra yang dinamakan bakkat katcaila. Bakkat katcaila ini merupakan tempat yang penuh mistis dimana dipimpin seorang sikebbukat uma  yang dinamakan Sibakkat katcaila. Sibakkat katcaila ini menjadi pemimpin setiap ritual dilakukan di sukunya yang disebut lia.

Upacara ini diiringi dengan gong, tiga gajeumak satu set tuddukat. Musik ini berfungsi sebagai pengiring tarian sikerei. Gajeumak ini merupakan alat musik perkusi atau musik pukul. Gajeumak alat musik gendang  yang terbuat dari kayu enau. Membrannya terbuat dari kulit ular atau biawak. Gejeumak terdiri dari 3 ukuran yang berbeda mulai dari ukuran yang besar, menengah dan kecil. Tuddukat jenis perkusi yang terbuat dari kayu pilihan yang terdiri dari tiga ukuran besar, menengah dan kecil.

Liat pulagajat tanpa musik tidak ada artinya. Hal ini seperti diungkapkan bahwa arti penting musik merupakan ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian (Purnomo dan Subagio,2010:3).

Hal ini yang terwujud ke dalam ngong atau gong, tuddukat, geujemak sebagai bunyi-bunyian dalam ritual liat pulaggajat. Musik  merupakan hal yang paling penting dalam ritual ini. Musik dalam ritual liat pulaggajat berfungsi sebagai sarana upacara ritual, pengiring tarian, sarana hiburan dan sarana komunikasi.

Tetap lestarikan budaya bangsa dengan mencintai budaya lokal dan memelihara musik dengan belajar dari para pendahulu sebagai bagian dari pelestarian budaya Mentawai.

Penulis: Zulfa, M.Pd, M.Hum,  Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat dan Daud Sababalat, S.Pd, alumni UNP Jurusan Sendratasik

BACA JUGA