Gajeumak, Gendang Pengiring Lagu Mentawai

Gajeumak Gendang Pengiring Lagu Mentawai Anak-anak Mentawai memainkan gajeuma, alat musik pukul tradisional dalam mengiringi turuk laggai (tarian) saat Festival Pesona Mentawai. (Foto: Bambang/Mentawaikita.com)

TUAPEIJAT-Meski lagu Mentawai sudah banyak diciptakan oleh musisi Mentawai namun belum memberikan ciri khas Mentawai dalam segi musik yang masuk dalam mengiri lirik lagu. Sementara di Mentawai sejak dulu sudah ada alat-alat musik tradisional yang dipakai dalam setiap punen yang bahannya dari alam Mentawai.

Mateus Samalinggai, salah seorang pencipta lagu dan penyanyi Mentawai mengatakan ciri khas musik Mentawai dalam mengiri lagu-lagu Mentawai yaitu gajeumak (gendang asli Mentawai) atau kateubak. "Ciri khas musik kita yaitu gajeumak atau kateubak. Tergantung dari pemilik lagu dalam melakukan pengisian bunyi musik apakah pada pembukaan, pertengahan atau dari awal hingga akhir," katanya pada Mentawaikita.com, Sabtu, 29 Juni 2019 di sela acara lomba lagu Mentawai dalam acara Festival Pesona Mentawai 2019 di Mapaddegat Sipora Utara.

Mateus, pencipta lagu yang condong pada keindahan alam Mentawai mengakui belum ada satu pemahaman bagi musisi Mentawai untuk mengisi musik Mentawai yang menjadi ciri khas untuk dimasukkan dalam pengiringan lagu. "Bunyi gajeumak atau kateubak biasanya lebih pada lagu gembira. Sementara pipiau atau seruling lebih pada lagu kesedihan karena bunyi pipiau itu menandakan tangisan,” kata pencipta lagu Nusa Mentawai.

Emilius Sabaggalet, musisi Mentawai lainnya mengatakan perlu ada tujuan dan kata bersama dalam pengisian bunyi musik dalam setiap lagu Mentawai yang memberikan ciri khas Mentawai. "Ini soal pemahaman bersama bagi kita musisi Mentawai. Tentunya kita berharap ke depan hal ini perlu didudukkan karena Mentawai mempunyai alat musik khas," katanya.

Dikatakan pencipta lagu yang condong pada lingkungan dan budaya Mentawai, pada beberapa lagu ciptaannya sudah mulai diisi dengan bunyi alat musik Mentawai meski belum begitu kental. Seperti bunyi musik gajeumak. "Beberapa lagu ciptaan kita bunyi musik gajeumak mulai kita masukkan," kata pencipta lagu Kau tajago leleuta.

Lebihlanjut dikatakan Emilius, dengan adanya ciri khas bunyi musik Mentawai pada setiap lagu Mentawai yang diciptakan akan memperkenalkan musik dan lagu Mentawai itu sendiri. "Seperti lagu Minang identik dengan saluang, Jawa identik dengan Talempong. Begitu juga dengan lagu Batak dan daerah lainnya. Ketika musik itu bunyi orang dapat menebak lagu dari daerah mana. Kita berharap seperti itu di Mentawai," katanya.

Dion Samalinggai, pencipta dan penyanyi muda Mentawai yang condong pada lagu tentang anak-anak muda Mentawai mengatakan perlu menumbuhkan sanggar seni dan budaya pada setiap daerah di Mentawai. Karena dengan adanya sanggar alat musik dan seni musik Mentawai dapat dipertahankan.

"Jadi ada kolaborasi antara musik Mentawai oleh sanggar dengan musik modern dalam setiap menampilkan lagu Mentawai dan merekam lagu Mentawai," kata pencipta lagu Seget Sombong dan Ikua Mantan.

Dikatakan Dion, ketika lagu Mentawai diiringi dengan orgen akan sulit mencari nada soal bunyi gajeumak, pipiau atau tundukat karena bunyi musik Mentawai belum terprogram pada alat musik modern. "Tapi kalau pada setiap tampil ada alat musik Mentawai dan modern dan ini dikolaborasikan hasilnya akan luar biasa," katanya.

Alat-alat musik Mentawai yang ada sejak dulu dan dipakai pada acara punen Menrawai diseriap uma berbagai macam. Bahannya berasal dari alam Mentawai. Misalnya tundukat. Tundukat atau kentungan yang dimainkan dengan semacam menumbuk atau dengan galah. Tuddukat berguna sebagai alat musik tetapi juga sih bagai media penyampaian pesan melalui bunyi yang mirip kode atau sandi. Tundukat terdiri dari tiga buah kayu yang ukuran panjangnya berbeda-beda dan dilubagi pada salah satu bagian sisi untuk menghasilkan bunyi ketika ditumbuk.

Kentungan yang berbeda ukuran menghasilkan nada yang berbeda. Nada yang diperdengarkan untuk tundukat ukuran besar yaitu "a" dan nada yang dihasilkan untuk tundukat tengah atau ukuran sedang yaitu "e" atau "o". Sementara untuk ukuran kecil berbunyi nada "i" atau "u". Tinggi dan rendah nada yang dihasilkan dapat di dengar dan ditangkap oleh orang Mentawai, meski orang Mentawai sendiri pada dasarnya buta huruf dan tidak mengenal bahasa berlagu.

Selain tundukat ada juga gendang yang pada bagian satu sisi dilapisi kulit binatang, seperti ular, rusa, biawak. Alat ini disebut gajeumak. Alat musik ini dalam setiap kali dimainkan langsung tiga buah dengan ukuran dan fungsi serta bunyi yang berbeda. Gajeumak ditabuh untuk mengiringi tarian atau turuk dalam setiap upacara didalam uma.

Untuk gajeumak ukuran besar yang disebut ina dan ukuran sedang yang disebut kebbuk ditabuh dengan kedua belah telapak tangan. Pada gendang gajeumak ukuran kecil atau bagi hanya ditabuh dengan tangan kiri yang menabuh secara langsung, sedangkan pada telunjuk tangan kanan diikatkan sepotong kulit kayu yang kaku. Ini disebut sinna. Hasil bunyi yang dihasilkan cukup lantang.

Jika gajeumak yang dimiliki hanya dua buah maka sebagai penganti gajeumak ukuran kecil dapat diganti dengan tutup periuk besi. Gajeumak ukuran kecil ditabuh silih berganti dengan tangan kanan dan kiri, sedang gajeumak ukuran besar dan sedang ditabuh dengan tangan kanan sebagai pengatur irama, sedangkan tangan kiri menimbulkan bunyi senggakan yang disebut alegi.

Untuk gajeumak ukuran besar biasa memiliki panjang 70 cm dan berpenampang 10 cm yang terbuat dari pohon aren yang keras. Batang aren yang akan dijadikan gendang dilubangi dengan pahat. Pada bagian sisi yang tidak ditutup dengan kulit binatang untuk bagian yang ditabuh, pada sisi lingkarannya dibuatkan ukuran ornamen dan dihaluskan.

Gajeumak ini agak melebar ke atas dari sisi yang tidak dilapisi menuju bagian yang dilapisi kulit binatang. Setelah salah satu sisi lubang ditutup dengan kulit binatang, agar tidak lepas diikat dengan gelang yang terbuat dari rotan yang dianyam yang dipasak dengan kayu. Setiap kali gajeumak dimainkan, pasak-pasak kayu dipukul kebawah untuk dikuatkan dan kulit penutupnya dipanaskan dekat api sehinga rentangannya lebih tegang dan hasil bunyi yang dihasilkan lebih nyaring.

Alat musik Mentawai lainnya yaitu pipiau atau suling yang terbuat dari bambu. Instrumen ini dalam ciri khasnya terbuat dari bambu ukuran kecil dan meniupnya dengan posisi dimiringkan, sementara lubang pada ujunga bawah diatur dengan telunjuk.

BACA JUGA