Memprioritaskan Pemerataan Pembangunan Tiap Dusun

Memprioritaskan Pemerataan Pembangunan Tiap Dusun Kepala Desa Matobe, Silvanus, S.Pd (Foto : Leo/MentawaiKita.com)

Sebelum terpilih menjadi kepala desa Matobe, Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai periode 2015-2021, Silvanus telah berprofesi sebagai guru.

Silvanus merupakan tamatan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Xaverius Padang pada 1990. Usai tamat dari SPG, Yayasan Prayoga Padang menugaskan mengajar di SD Santo Fransiskus Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara selama tahun 1990-1997. Setelah itu ia dipindahkan ke SD Vincentius Sikakap mulai 1997 sampai 2005. Pada 2005, Silvanus lulus seleksi penerimaan calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ditugaskan di SDN 07 Matobe, Kecamatan Sikakap selama 10 tahun mulai 2005-2015.

Pada pemilihan kepala desa 2015, ia ikut mencalonkan diri dan dipilih oleh masyarakat menjabat sebaga kepala desa Matobe selama 6 tahun yakni 2015-2021. Silvanus dilantik menjadi kepala desa oleh Bupati Mentawai pada 8 Juni 2015 dan menjalankan tugas hingga saat ini sebagai guru sekaligus kepala desa.

Bagaimana kesehariaan dan capainnya selama menjalankan tugas, berikut perbincangan wartawan MentawaiKita.com, Leo Marsen dengan Silvanus pada pertengahan Juni lalu. 

Menurut Anda, mana yang paling sibuk kerjanya sebagai guru atau kepala desa?

Kalau sibuknya atau berat  tentu di waktu menjabat kepala desa, karena yang dihadapi masyarakat semua, dan juga banyak urusan ke kabupaten dan juga kadang ke Padang. Selain itu, juga jika ada masalah di masyarakat, waktu santai kurang karena urusan masyarakat bukan saja di kantor saja tapi juga datang ke rumah bahkan ada juga di jalan atau di lapangan 24 jam.

Kita siap melayani masyarakat, berbeda di waktu saya mengajar di sekolah pukul 08.00 WIB-12.00 WIB pulang, tetapi kalau di desa pukul 08.00 WIB-16.00 WIB, namun demikian selama saya menjabat kepala desa perlu kesabaran dan bertambah pengalaman menghadapi berbagai  persoalan di tengah masyarakat.

Bagaimana hubungan kerja Anda bersama aparatur desa lainnya?

Hubungan kerja kami sebagai aparatur pemerintahan desa (pemdes), komunikasi cukup baik dan bermusyawarah. Staf saya di kantor 14 orang ditambah dengan 12 orang  kepala-kepala dusun di wilayah Desa Matobe.

Bagaimana dukungan masyarakat terhadap program pembangunan di wilayah Anda? 

Sebagian besar masyarakat sangat setuju adanya pembangunan di desa, dari Pemda Mentawai maupun dari Pemdes. Walaupun ada kendala tentang hibah lahan namun dapat diselesaikan dengan musyawarah dan pemilik lahan dipekerjakan maka pembangunan di wilayah desa Matobe, syukurlah masih cukup aman dan berjalan sesuai target.

Apa ada kendala yang sangat rumit Anda hadapi terkait pembangunan di desa? 

Kendala hanya yang sulit dihadapi adalah tentang lahan saja, seperti pembukaan jalan trans Mentawai yang lewat di tengah kebun masyarakat. Cukup banyak tanaman yang ditebang seperti durian, pisang, kelapa, pala dan yang lainnya. Pemilik lahan banyak menuntut ganti rugi dan juga ada dipalang sehingga kontraktor  terhenti bekerja. Namun demikian dicari solusinya untuk mempertemukan kontraktor dan pemilik lahan beserta pemdes. Hasil pertemuan itu kemudian disepakati pembangunannya  berlanjut  jalan trans Mentawai Sikakap-Matobe -Saumanganya sudah dibuka dan menunggu betonisasi lagi .

Berapa jumlah penduduk dan dusun di Matobe?

Jumlah Penduduk 1938 jiwa dan jumlah kepala keluarga 523  terdiri dari 12 dusun yakni, dari perbatasan Desa Sikakap, Dusun Makukuet, Panatarat, Sempungan, Matobe Tunang, Makilat, Takmonga, Keleuk, Sarere, Bubuakat, Bubugra, Mangau-ngau dan Dusun  Polaga. Dusun terakhir merupakan dusun yang berbatasan Desa Saumanganya Kecamatan Pagai Utara yang berada di sepanjang jalan trans Mentawai.

Apa saja infrastruktur yang Anda banguan sejak 2015-2019?

Pembangunan infrastruktur sejak 2015 hingga 2019 bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD). Dinilai dari  visi dan misi saya dengan pemerataan pembangunan setiap dusun setiap tahunnya sudah 73 item yakni terdiri dari jalan lingkungan dusun dan jalan antar dusun.

Kemudian jalan perekonomian dusun, jalan ke Tempat Pemakaman Umum (TPU)  dibetonisasi, balai dusun, Posyandu, Paud sudah semua dusun di bangun, drainase, jembatan dan gorong-gorong.

Pembangunan dari pemerintah daerah maupun pusat yakni jalan trans Mentawai sudah dibetonisasi dari Sikakap-Matobe sekira 12 km. kemudian ada 8 kilometer lagi arah ke Saumanganya sudah dibuka yang direncanakan akan dibangun kontraktor pada 2020 mendatang dicor beton lagi.

Kemudian Desa Matobe telah dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada 2017. Fasilitas itu telah menerangi rumah warga dan 292 titik fasilitas umum yang tersebar pada 5 dusun.

Kemudian Penerangan Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di dusun Seppungan, PLN dari Sikakap sampai ke Dusun Sarere pada 2018. Yang belum lagi di Dusun Bubugra, Bubuakat, Mangau-ngau dan Polaga ada 4 lagi belum ada penerangan mudah-mudahan jalan trans dicor beton sehingga jaringan  PLN sampai ke 4 dusun tersebut.

Bagaimana dengan ekonomi masyarakat Anda ? 

Kita sangat mendukung pengembangan ekonomi masyarakat seperti kelompok tani sawah, pertanian pala, pinang, jagung dan nelayan untuk mengajukan proposal ke dinas terkait di Pemda Mentawai.

Masyarakat Matobe sudah cetak sawah dan menghasilkan beras, hasil pisang, pinang, kelapa, keladi  setiap hari dijual ke pasar Sikakap. Kemudian ada juga yang dijual langsung ke kapal sebanyak dua kali seminggu untuk langsung dibawa ke Padang.

Saat musim buah jengkol, petai, durian, langsat air (samung) juga dijual ke Padang. Ada juga warga yang mengeruk pasir di sungai untuk dijual mobil langsung jemput.

Menurut grafik ekonomi Matobe, penghasilan masyarakat cukup lumayan dan meningkat setelah adanya jalan trans  yang sudah dibetonisasi  dan jalan trans yang sudah dibuka. Penghasilan masyarakat rata-rata dari hasil pisang super ratusan bahkan ribuan tandan. Setiap jadwal kapal di angkut ke Padang pisang dari Matobe.

Bagaimana dengan fasilitas kesehatan? 

Fasilitas kesehatan khususnya di setiap dusun sudah ada Posyandu dibangun oleh desa, besar bangunan 5x7 meter persegi dilengkapi oleh mebelernya berupa meja bangku, kursi dan dipan yang menjadi tempat bidan desa yang ditugaskan oleh Puskesmas Sikakap. Begitu juga kader posyandu 5 orang tiap dusun yang berjumlah 12 dusun jumlahnya 60 orang diberi honor dari ADD masing-masing Rp200ribu per bulan.

Apakah ADD cukup mendanai program pembangunan di desa Anda? 

Mencakup pembangunan di wilayah Desa Matobe anggaran setiap tahunnya dari ADD tidak cukup, tetapi sangat membantu karena pembangunan prioritas yang diutamakan seperti jalan, jembatan, posyandu, balai dusun. Untuk pemerataan pembangunan di 12 dusun contohnya tahun ini jalan yang dibetonisasi sepanjang 1.200 meter, setiap dusun mendapat jatah hanya 100 meter saja. Tahun berikutnya begitu juga  yang penting semua dusun tersentuh oleh pembangunan bersumber dari ADD, jadi tidak timpang .

Berapa besar ADD setiap tahunnya untuk Desa Matobe

Sejak saya menjabat kepala desa 2015 besar ADD diterima Rp1,4 miliar, 2016 sebesar Rp1,7 miliar, kemudian 2017 naik menjadi sebesar Rp2,3 miliar. Kemudian pada 2018 terjadi pengurangan dana menjadi sebesar Rp2,1 miliar dan 2019 sebesar Rp2 miliar. Tahun ini ada 12 item pembangunan di setiap dusun yakni jalan ekonomi, jalan lingkungan, drainase dan pembangunan kantor desa yang baru di Dusun Tunang yang berjarak sekitar 400 meter dari kantor yang sekarang. Tahun depan juga dilihat dulu mana yang diprioritaskan dan juga dilihat dulu besar ADD, tetapi pembangunan jalan tetap dilanjutkan di setiap dusun .

Apa imbauan Anda kepada masyarakat ? 

Mengimbau kepada masyarakat agar kita mau membantu dan berperan aktif, jika pembangunan datang di desa kita mari menjaga   ketertiban dan keamanan bersama-sama sebab pembangunan adalah untuk kita.


Nama             :Silvanus Spd.

Tempat Tanggal Lahir : Matobe 24 Agustus 1970.

Alamat                        : Matobe Sarere.

Istri                             : Annirawati Sagara-gara.

Anak                           : -W.Ilan Vanrayone Salamanang.

                                     - E.Ryan Salamanang.

                                     - M.Putri Ayu Salamanang.


BACA JUGA