Lok Pangurei, Minuman Penolak Tulah Dalam Pernikahan Mentawai

Lok Pangurei Minuman Penolak Tulah Dalam Pernikahan Mentawai ilustrasi MentawaiKita.com

Di dalam upacara pernikahan di Mentawai ada beberapa tahap yang harus dilakukan agar proses pernikahan berjalan lancar. Tahapan itu harus dilalui untuk mendapat berkat dari ulau manua (sang pencipta). Di antara ritual tersebut terdapat pantang yang tidak boleh dilanggar baik kedua pengantin, kepala suku, orangtua pengantin termasuk anggota suku yang terlibat dalam upacara.

Salah satu ritual yang tidak boleh ditinggalkan adalah lok pangurei, ritual ini merupakan  prosesi pemberian minuman kepada saudara laki-laki yang ikut di dalam pesta. Minuman ini diminum sambil bersantap daging babi. Jika diterjemahkan kata per kata, secara harfiah lok pangurei memiliki arti yakni lok berarti minuman, sedangkan pangurei berarti upacara pernikahan. Jika kedua kata tersebut dirangkai akan memiliki arti minuman dalam upacara pernikahan.

Lok pangurei yang akan diminum oleh anggota suku itu bahannya diambil dari tanaman gojoh (kecombrang/Etlingera elatior) tetapi yang telah dibuat dalam bentuk rumbai yang dicampur kunyit yang dikenal dengan kiniubet. Kiniubet ini biasanya dipasang sebagai perhiasan kepala kedua pengantin dan ibu laki-laki yang menjuntai di belakang kepala.

Kiniubet  yang dipotong dari perhiasan kepala itu kemudian dicampur dengan kua babi yang sedang dimasak. Lalu kedua bahan itu dimasak di dalam bambu.

Kiniubet yang dijadikan lok pangurei itu dipangkas oleh salah satu keluarga pengantin laki-laki saat kedua pengantin hendak meninggalkan rumah orangtua pengantin perempuan. Pemotongannya pun dilakukan satu per satu tetapi tidak sampai pendek. Potongan kiniubet itu kemudian dimasukkan di dalam bambu kemudian diangkut ke rumah pengantin laki-laki.

Sesampainya di rumah pengantin laki-laki, barulah kiniubet diseduh bersama kua babi, setelah masak maka satu per satu keluarga laki-laki meminum lok pangurei itu tetapi hanya laki-laki saja. Sementara saudara perempuan pengantin laki-laki tidak boleh meminum  lok pangurei.

Jika kedua mempelai masih memiliki hubungan kekerabatan meski sudah jauh maka saat memberikan minuman kepada anggota suku laki-laki harus dipegang kedua pengantin. Jika tak memiliki ikatan kekerabatan maka yang menuangkan minuman ke mulut kerabat laki-laki pengantin laki-laki adalah pengantin perempuan.

Sambil memberi minuman tersebut, sipemberi minum merapalkan mantra dengan mengucapkan “taipangorik, ikop puurei mai taipangorik,” kemudian orang yang diberi minum itu juga menjawab, “taipangorik, kukoop uureira, taipongorik”.

Tujuan dari meminum lok pangurei ini untuk menghindari tulah ketika saudara dari kedua pengantin baik laki-laki maupun perempuan memakan santapan berupa babi dan lainnya dalam jamuan makan pernikahan. Dengan meminum ramuan tersebut kedua keluarga besar tersebut terhindar penyakit.

Proses lok pangurei ini tidak memerlukan ritual yang dilakukan sikerei sebab hanya pengantin yang boleh melakukannya dengan petunjuk sikebbukat uma (tetua suku).

Orang Mentawai terutama di daerah Rereiket (Siberut Selatan) yakin jika proses tersebut tidak dilakukan maka kerabat yang memakan babi dan makanan pernikahan tersebut akan merasakan gejala tenggorokan gatal kemudian batuk berdahak. Namun batuk itu terasa melilit leher dan tak bisa dimuntahkan. Ini akan berakibat jatuhnya korban jiwa karena leher akan merasa tercekik karena batuk menggumpal di leher yang tak bisa dimuntahkan.

Jika sudah mengalami gejala tersebut, maka sipenderita wajib meminta lok pangurei yang tersisa lalu meminumnya. Seketika derita yang dirasanya akan sirna.

Dalam tradisi Mentawai, jika keluarga pengantin laki-laki memberi jatah babi yang disembelih saat pangurei kepada saudaranya maka mereka harus pertimbangkan antara dimakan atau tidak. Tapi biasanya kalau memberi jatah babi diiringi dengan pemberian lok pengurei agar yang memakan daging babi tersebut tidak menderita sakit.

Bagi kerabat dari perempuan yang tidak ikut pesta namun memakan daging babi juga akan mengalami batuk. Satu-satunya obat mujarab yakni lok pangurei tersebut. Biasanya jika persediaan sudah habis maka lok pangurei akan diramu dengan bahan yang sama. Oleh sebab itu kiniubet saat upacara pernikahan tidak dibuang setelah upacara. Biasanya kiniubet ini digantung pada rumah dan dibiarkan mengering di situ.

Tradisi ini akan tetap dilakukan setiap acara pesta adat pernikahan di Mentawai khususnya di Sarereiket Desa Madobak. Tradisi ini tetap ada dan dilakukan dan tidak boleh dilanggar oleh anggota suku atau anggota uma, sedangkan untuk daerah lain juga dilakukan namun dengan cara yang berbeda-beda

BACA JUGA