Siswa Mentawai Butuh Bimbingan Orangtua dan Fasilitas Sekolah

Siswa Mentawai Butuh Bimbingan Orangtua dan Fasilitas Sekolah Arys Ika Dariyatiningsih, Guru Garis Depan di Mentawai

Siswa di Kabupaten Kepulauan Mentawai membutuhkan bimbingan orangtua terutama mereka yang tinggal jauh dari kampung seperti di kontrakan atau indekos.

Arys Ika Dariyatiningsih, salah seorang Guru Garis Depan (GGD) yang ditugaskan mengajar di SMAN 1 Pagai Utara Selatan, Kecamatan Sikakap, Kabupaten Kepulauan Mentawai mengatakan pengawasan itu penting untuk menjamin masa depan anak nanti. 

Di SMAN 1 Pagai Utara Selatan, Arys Ika Dariyatiningsih mengajar pelajaran Bahasa Indonesia selama 18 bulan. Sebelum mengajar di SMAN 1 PUS, Arys Ika Dariyatiningsih kuliah Pendidikan Profesi Guru  di Universitas Negeri Surabaya pada 2013-2014. Kemudian ia mengikuti  seleksi GGD pertama pada 2015 namun gagal.

Ia kembali mengikuti seleksi pada 2016 dan dinyatakan lulus. Pada awalnya ia lulus pada pilihan formasi penempatan di SMKN 1 Tumbang Titi, Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Namun setelah surat keputusan diterbitkan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dia ditugaskan ke SMAN 1 Pagai Utara Selatan.

“Pada saat itu saya tidak menyangka  SK saya di Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan juga Kepulauan Mentawai saya lihat di peta dan di internet tentang pariwisata Mentawai  bahwa masih wilayah Provinsi Sumatera Barat yang menyeberang laut dari Pulau Sumatera, dan pada 2010 yang lalu di Mentawai terjadi gempa tsunami yang di tayangkan di televisi,” ujarnya.

Sebelum masuk program GGD, ia pernah mengikuti program Sarjana Mendidik di Daerah Tertinggal,Terluar dan Terdepan (SM3T)  2012 -2013 yang ditugaskan di SMK Wae Ri'i Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Selama setahun mengajar di SMKN Wae Ri'i Manggarai, NTT, Arys mendapat banyak pengalaman. Ia menyebutkan, SMK itu memiliki dua bidang jurusan tata boga dan jurusan teknik bangunan. Fasilitas sekolah masih minim juga tenaga mengajarnya 12 orang PNS di tambah 4 tenaga honorer.

Buku-buku pegangan  guru dan siswa masih kurang, penerangan PLN  juga belum ada, air bersih sulit didapat. “Kalau telepon selular ada tapi belum ada internetnya, jika jadwal siswa praktik komputer mobil internet datang ke sekolah 1-2 kali sebulan,” jelasnya.

Ia menyebutkanm ada beberapa LSM di daerah itu dan juga Blok Green dari Austaralia  membantu buku-buku sekolah. ada beasiswa dari seminari Katolik dari Vatikan dan Australia untuk sekolah Pastor.  Di SMKN Wae Ri'i Manggarai siswanya  dominan agama Katolik sekira 80 persen.

Saat berbincang dengan Mentawaikita.com, Selasa (29/1/2019), Arys perempuan kelahiran 22 Januari 1986 Lumajang, Provinsi Jawa Timur lulusan Starata 1 di Universitas Jember Jawa Timur tahun 2010 itu menyebutkan, persoalan yang sering menimpa anak-anak SMAN 1 PUS terutama siswa yang indekos adalah berhenti sekolah. 

“Semangat belajar mereka berkurang sebab pagi-pagi harus ke sekolah tanpa sarapan, setelah saya tanyai siswa indekos  dan saya maklum saja,” katanya.

Sementara dari segi sekolah, menurutnya SMAN 1 Pagai Utara Selatan memiliki fasilitas sekolah yang sudah mulai lengkap, walaupun ada beberapa fasilitas lagi yang belum seperti jaringan internet. Komputer yang dimiliki SMAN 1 Pagai Utara Selatan belum banyak, dengan 600 siswa minimal komputer harus ada 40 unit agar bisa dipakai bergantian.

Selain itu laboratorium komputer, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris juga belum ada. “Bukan bermaksud membanding-bandingkan atau menilai sekolah ini masih kurang fasilitasnya dengan SMAN Tempeh Lumajang Jawa Timur, tetapi tujuan saya agar SMAN 1 Pagai Selatan dan juga sekolah lainnya di Mentawai diperhatikan oleh pemerintah bahwasanya masih banyak lagi yang dibutuhkan fasilitas sekolah agar proses belajar mengajar lancar secara otomatis kemajuan pendidikan di daerah masih kategori 3 T,” jelasnya.

Ia berharap dengan perhatian dari pemerintah dan orangtua, anak-anak Mentawai makin maju dan menghasilkan generasi yang berkualitas.

”Itu harapan saya sebagai tenaga pendidik dan juga berupaya sebaik mungkin memotivasi siswa agar bersemangat belajarnya dan mampu berkompetisi dengan sekolah di daerah  lainnya,” katanya 

BACA JUGA