SAIBISAMUKOP—Pasisibit Besi merupakan ritual pengobatan
oleh sikerei di Mentawai. Sikerei merupakan pemimpin ritual adat Mentawai
sekaligus ahli pengobatan tradisional. Praktik pengobatan oleh sikerei masih
dapat dijumpai di Pulau Siberut, salah satunya di Desa Saibi Samukop Kecamatan
Siberut Tengah.
Ritual
Pasisibit besi biasa diawali dengan bunyi jejeneng (lonceng kecil) diiringi
nyanyian (mantera) sikerei. Seperti yang dilakukan seorang sikerei, Egat
Sakailoat (72) saat mengobati Lina (53), warga Saibi Samukop.
Egat
Sakailoat yang posisi berdiri mengayun-ayunkan tangan kirinya membunyikan
jejeneng dan di tangan kanannya memegang karajuet(yang bentuknya memanjang dari
serabut kelapa) yang ujungnya dibakar agar berasap, dipadukan dengan buluk pangasele, siputalinga dan taipusala di
kepala Lina yang duduk di lantai, sambil bernyanyi merapal mantera.
("Kawat..kawat Bajeu (bajou)...
Bajeu
Silingga...
Simatandoi Kabei...
Simailembai Kabei..")
Hai kau Penyakit...
Munculllah..
Perlihatkanlah dirimu..
Yang memiliki tangan yang bagus...
Yang memiliki tanda di tangan...
Setelah itu
Egat menghentikan jejeneng dan jongkok mengambil obat yang telah tersedia dalam
piring berupa air dengan sehelai buluk aileleppet,
kemudian sekira lima helai daun aileleppet
yang ada di tangan Egat membasahi air obat yang ada di dalam piring dan
memercikkannya ke tubuh Lina, lalu obat dalam piring di dioles ke perut dan punggung
Lina sambil dipijat, Egat menyanyikan mantera.
Kawat..kawat..sala..sala bajeunu...belek..belek..belek..
Hai penyakit..keluarlah
dalam tubuhnya.....
Setelah itu selesai pada pengobatan awal yang dilakukan Sikerei Egat.
"Neek Oninia Pasibbibit Besi Sibara
Kaoinan,obakna taagai ponia besikna,elek sibara kaoinan elek taak,tahau hau
laggek iroroi geti ia edda besikna,tak geti iroroi tak ia besikna lepak tahau
Bibbit mencak (Ini
namanya pengobatan mendeteksi penyakit dari air atau laut,agar kita tahu apakah
penyakitnya dari air atau laut atau tidak,kita beri obat jika di terima dan
sedikit rasa senang artinya itulah penyakitnya tapi jika tidak kita akan
pasibibbit penyakit dari hutan)" katanya kepada Mentawaikita.com, 30 November lalu.
Pengobatan sikerei pasibibbit besik bukan hanya dilakukan
sekali saja, namun juga dilakukan untuk mendeteksi penyakit sibara kalaut (dari lautan), sibara kaleleu yang sekaligus langsung
meramu obat-obatan dari daun-daunan. “Maksimal ada empat kali pasibibbit besik,
jika ada perubahan itu yang kita carikan obat-obatnya dari daun hingga tuntas,"
ujar Egat.
Proses
terakhir pengobatan tersebut menyembelih ayam jantan berwarna merah hitam untuk
dimasak lalu hati dan jantung ayam diberikan kepada pasien dan pasangannya
(suami/istri). "Jadi sebelum hati dan jantung ayam ini diberikan untuk dimakan
kita buat dulu buluakenen (ritual pemberkatan agar penyakit tak datang lagi), lalu
hati dan jantung ayam ini dimakan," ujarnya.
Menurut
Egat, munculnya setiap penyakit yang sering mengganggu disebabkan karena
kondisi tubuh dan jiwa lemah. "Meskipun kita di rumah saja, kita tetap
kena yang namanya penyakit sibara kaleleu,
kalaut, kaoinan dan penyakit lainnya, karena itulah kondisi alam kita di
sini, jangankan setiap rumah itu ada sesuatu yang menjaganya yang biasa disebut
di sini si pitto (sesuatu di dalam
rumah yang dapat menyebabkan penyakit)," katanya.
Sementara
Lina mengaku pengobatan tradisional Sikerei masih sangat dibutuhkan selain dari
pengobatan medis. "Pengobatan sikerei masih sangat kita yakini di sini, jadi
kalau tidak sembuh obat medis kita tetap panggil sikerei atau tabib kampung" ujarnya.