Kementerian Desa Luncurkan Program Pemberdayaan ke Mentawai

Kementerian Desa Luncurkan Program Pemberdayaan ke Mentawai Rumah Bantuan Kemenpera di Bukit Pamewa Terbengkalai

MENTAWAI--Untuk memberantas kemiskinan, Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), dan Transmigrasi (Kementerian Desa) meluncurkan program Peningkatan Kesejahteraan Keluarga melalui Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan Infrastruktur Ekonomi (PKKPM-PIE) di sejumlah kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Kecamatan Pagai Selatan yang menjadi salah satu sasaran program PKKPM-PIE akan menyalurkan bantuan tersebut ke beberapa desa yakni Desa Malakkopak, Makalok, Bulasat dan Sinakak. Jumlah dana bantuan pemberdayaan yang disalurkan di kecamatan itu senilai Rp2 miliar yang disalurkan melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Mentawai.

Sementara dari BAPPEDA Mentawai bantuan tersebut dikonversi dalam bentuk mesin penggiling padi berjalan, traktor tangan (hand traktor) dan becak motor yang diserahkan kepada masing-masing desa pada tahun 2015.

Fasilitator PKKPM-PIE Kecamatan Pagai Selatan, Fakri mengatakan, bantuan tersebut menyasar rumah tangga miskin (RTM) di desa yang saat ini dalam tahap pengiriman. Program tersebut dimulai Agustus 2015 yang menyasar 4 kecamatan salah satunya Kecamatan Pagai Selatan.

Khusus di Kecamatan Pagai Selatan, kata Fajri, program ditujukan kepada 600 rumah tangga sasaran (RTS). Pengembangan Infrastruktur Ekonomi (PIE) yang disalurkan melalui kelompok yang beranggotakan 10-12 orang di Desa Bulasat berupa 15 unit becak motor viar.

Desa Makalok dengan 600 RTS menerima 11 unit becak motor viar, traktor tangan 13 unit, mesin penggiling padi berjalan 2 unit. Desa Sinakak dengan 500 RTS menerima 9 unit becak motor viar, 3 unit mesin penggiling padi berjalan dan 1 unit traktor tangan. Sementara di Desa Malakkopak yang menyasar 400 kepala keluarga mendapat 10 unit becak motor.

"Kalau kecamatan lain saya tidak tahu apa yang mereka ajukan, yang jelas anggaran dari Kemendesa program 2015 berupa barang bukan bangunan fisik, bantuan penggiling padi, hand traktor untuk sawah dan bentor viar mengangkut hasil tani atau kebun masyarakat dan juga mengangkut anak-anak sekolah tergantung pengurus kelompok biaya bahan bakar, operasional dan perawatan, yang jelas bantuan ini bermanfaat bagi masyarakat," katanya kepada Puailiggoubat di Sikakap, Kamis, 7 Januari.

Penyaluran bantuan ini, menurut Fajri merupakan proyek contoh dan jika ini bermanfaat bagi masyarakat akan dilanjutkan termasuk 6 kecamatan lain yang belum menerima program serupa pada tahun ini.

Sementara Tim Pendamping Kegiatan (TPK) Desa Makalo, Candra Birawa menyebutkan, di desanya, masing-masing dusun mendapat bantuan sesuai dengan apa yang mereka usulkan.

"Semua akan diantar melalui kapal ke setiap dusun dan akan diserahterimakan kepada masing-masing kelompok dan bahan bakar operasional dan perawatan diserahkan sepenuhnya kepada pengurus kelompok," ujarnya.

Sementara di Kecamatan Siberut Utara bantuan serupa diberikan Kemendesa dalam bentuk mesin penyulingan air laut menjadi air siap minum yang infrastrukturnya dibangun di samping kantor Desa Sikabaluan.

"Kita berharap ini dapat membantu masyarakat Sikabaluan dari kesulitan air bersih, sengaja dibangun dekat kantor untuk memudahkan pengawasan," kata Kepala Desa Sikabaluan, Junaidi Sakerebau kepada Puailiggoubat, Jumat, 8 Januari.

Menurut rencana, kata Junaidi, air hasil sulingan akan dijadikan air mineral isi ulang yang dimasukkan dalam air galon dan dijual kepada masyarakat dengan harga yang lebih murah dibanding harga air galon yang dijual di Sikabaluan saat ini.

Sekadar perbandingan, 1 galon air yang didatangkan pedagang dari Padang dijual Rp22 ribu -Rp23 ribu , sementara pedagang yang memiliki depot sendiri di Sikabaluan menjual air Rp15 ribu per galon.

"Harga memang mahal dijual di Sikabaluan karena biaya operasional yang dikeluarkan pedagang sangat tinggi. Dengan adanya ini kita berharap masyarakat tidak kesulitan mendapatkan air bersih," katanya.

Junaidi menyebutkan, Sikabaluan yang menjadi pusat kecamatan Siberut Utara selama ini kesulitan mendapatkan air bersih, baik untuk mandi, mencuci, memasak dan minum karena lokasi pemukiman berupa rawa dan rendah yang membuat pasang air laut mudah masuk perkampungan.Leo Marsen, Bambang Sagurung (g)

BACA JUGA